FanFiction Story: Listen to You (Part 8)
Author POV
Hyurin menggoreskan pensil kayunya pada sebuah buku sketsa. Ia suka menggambar, sangat suka malah. Apalagi jika suasana hatinya sedang senang atau saat moodnya sedang bagus. Ia bisa menghabiskan seharin waktunya bersama dengan pensil dan buku sketsa saja.
Tapi saat ini suasana hati Hyurin tidak bisa dibilang bagus. Dan entah kenapa ia malah ingin menggambar apa saja di kertas putihnya ini.
Tiba-tiba Hyurin ingin sekali menolehkan kepalanya ke bangku pojok paling belakang. Disana ada Kyuhyun yang duduk dengan menyenderkan punggungnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata. Kedua tangannya bersidekap di depan dada. Sebuah headset putih kesayangannya menempel di kedua telinga namja itu.
Hyurin menghela napas lalu mengalihkan pandangannya kembali ke depan. Hyurin terlonjak kaget saat wajah Taecyeon tiba-tiba saja sudah berada persis di hadapannya. Dengan jarak yang tidak lebih dari 5 sentimeter dari wajahnya. Bahkan hembusan napas namja itu terasa menggelitik hidungnya. Hyurin terpaku beberapa saat ketika namja itu perlahan menampilkan senyum lembutnya.
“Ya! Kau selalu membuatku jantungan, Taecyeon-ya!” ujar Hyurin setelah berhasil menguasai diri dari keterpesonaannya pada namja ini. Ia memundurkan wajahnya sedikit lalu menunduk berpura-pura mengamati buku sketsanya.
Tawa renyah Taecyeon terdengar, menggelitik telinga dan hatinya. Kenapa hanya dengan mendengar suara dan tawa itu membuat jantungnya berpacu tak tau aturan begini?
“Haha, mianhae..” ujar Taecyeon, ia memandang Hyurin dengan posisi kedua tangannya terlipat di atas meja sementara kedua lututnya tertumpu di lantai. “Kau saja yang terlalu serius melamun.” Kilahnya, membela diri.
“Memangnya apa yang sedang kau perhatikan di belakang… sa..na..?” kata-kata Taecyeon tenggelam seketika saat dilihatnya Kyuhyun lah yang sedang duduk seorang diri disana.
Jadi, gadis ini memperhatikan Kyuhyun?
Hyurin memperhatikan raut wajah Taecyeon yang tiba-tiba berubah lesu begitu tau bahwa Kyuhyun duduk di bangku belakang kelas. Namja ini kenapa? Ada sebersit rasa senang yang menelusup dalam hati Hyurin.
Mungkinkah namja ini mengira ia memperhatikan Kyuhyun? Cemburukah dia?
“Taecyeon-ya..” namja itu kembali menatap Hyurin yang baru saja memanggilnya. “Ini, kukembalikan…” gadis itu meyodorkan sebuah ponsel yang kemarin ia pinjamkan saat bingung mencari Kyuhyun.
Taecyeon melihat ponsel itu sekilas lalu mendorongnya kembali kearah Hyurin.
“Ani. Bawa saja.”
“Ne?” Hyurin mengerjap.
“Bawa saja. Bukankah kau bilang ponselmu yang dulu rusak dan belum membeli yang baru? Daripada tak terpakai, lebih baik ponsel ini kau gunakan.”
Hyurin tergagap. “A.. ani.. aku ti.. tidak terlalu butuh ponsel. Aku bi–“
“Kau mungkin tak terlalu membutuhkan ponsel itu. Tapi aku membutuhkannya.” Sela Taecyeon.
“Mwo?”
“Aku membutuhkannya.. untuk menghubungimu.” Jelas Taecyeon. “Kau tidak akan keberatan kan jika tiba-tiba aku mengirimimu pesan atau menelponmu malam-malam?”
Hyurin yang belum paham hanya menggelengkan kepalanya. “Ani.”
“Bagus. Kalau begitu, simpan ponsel ini, arraseo?” Taecyeon kembali mendorong ponsel itu lebih dekat kearah Hyurin. Gadis itu terlihat memandangi ponsel lalu setelah beberapa saat, dengan ragu ia mengambilnya dan membuat Taecyeon tersenyum.
“Arraseo. Gomawo.”
“Gwenchana..”
“Ehm, Taecyeon-ya..”
“Ne?”
“Sampai kapan kau mau berlutut disitu? Masih banyak tempat kosong, kau tau. Duduklah di kursi..”
“Ani. Aku ingin disini, seperti ini.” Taecyeon kembali mendekatkan wajahnya pada Hyurin. Mata yeoja itu membulat lucu, dan pipi putihnya telihat merona. Membuat Taecyeon tersenyum lebar.
“Ya! Kau menyebalkan, Taecyeon-ya.” Hyurin menempelkan buku sketsanya di muka Taecyeon, sedikit mendorong wajah namja itu menjauh. Lagi-lagi Taecyeon tertawa, berusaha melindungi mukanya hingga tanpa sadar ia menggenggam kedua tangan Hyurin.
Hyurin membatu, ketika tangan lebar itu menggenggam telapaknya, lagi-lagi tanpa izin. Rasanya seperti ada sesuatu yang menyengat dalam tubuhnya. Matanya tenggelam dalam manik mata menghanyutkan milik namja itu. Mata yang penuh ketenangan dan kehangatan itu menjerat Hyurin semakin dalam.
Kemudian Hyurin mengerjapkan mata, mengakhiri adengan-saling-memandang itu. Dengan cepat ia menarik kedua tangannya dari genggaman Taecyeon, menarik napas menenangkan degup jantungnya sendiri. Taecyeon pun melepaskan tangan Hyurin dan menyisakan sebuah buku sketsa dalam genggamannya.
Taecyeon memperhatikan dengan seksama sebuah gambar yang seperti baru saja digambar Hyurin diatas kertas putih itu.
Seorang pria dan wanita paruh baya dengan senyum mengembang terlukis di ketas itu.
“Nugu (siapa)..?” Taecyeon mengacungkan gambar itu pada Hyurin dan mengarahkan telunjuknya pada sosok di kertas itu.
Hyurin tersenyum lembut. “Appa dan eomma ku..”
Taecyeon membulakan mulutnya, bergumam ‘oh’ tanpa suara lalu kembali mengamati gambar Hyurin. “Kau pintar menggambar ya..” pujinya.
“Kau pasti sedang merindukan mereka..” ujarnya lagi.
Hyurin menunduk, tangannya menggenggam pensil kayunya sangat erat. Hingga membuat buku-buku jarinya memutih.
“Ne, aku sangat merindukan mereka..” lirih gadis itu.
Taecyeon yang menyadari perubahan nada suara Hyurin, mengulurkan tangannya menyentuh dagu gadis itu dengan lembut, membuat Hyurin mengangkat wajah.
“Ya~ jangan jadi lesu begini.. kau bisa pulang dan menemui mereka saat libur semester nanti..” ujar Taecyeon berusaha menghibur.
“Andai saja bisa seperti yang kau bilang..” sahut Hyurin, matanya mulai berkaca-kaca.
“Ya, ya~ kenapa kau menangis?” Taecyeon panik melihat setetes air mata mengalir menuruni pipi gadis itu.
“Andai saja aku benar-benar bisa menemui mereka dirumah saat libur semester nanti, seperti yang kau bilang..”
“Waeyo?”
“Appa dan eomma sudah meninggal karena kecelakaan, tiga tahun yang lalu.”
Taecyeon tercekat mendengar kalimat hyurin barusan. Tangannya perlahan turun dari dagu gadis itu.
Jadi ahjussi dan ahjumma sudah… meninggal?
Taecyeon kembali menatap Hyurin yang kini sedang sibuk mengusap pipinya dari air mata yang terus jatuh satu-satu.
Tangan Taecyeon kembali terulur, menangkup wajah cantik itu dengan kedua telapaknya.
“Jangan menangis.” tuturnya. Hyurin balas menatapnya dengan mata sayu. Kedua ibu jari Taecyeon bergerak mengusap lembut pipi Hyurin, menghapus jejak air mata yang tercipta disana. Hyurin merasa pernah mengalami hal ini sebelumnya. Ia merasa Taecyeon pernah melakukan hal ini untuknya. Menghapus air matanya, dulu.
“Yong..” tanpa sadar Hyurin menyebutkan nama itu setelah sekian lama.
“Mwo?” Taecyeon terlihat mengeryit bingung. Tangannya sudah kembali terlipat di atas meja.
“Ah, ani. Aku hanya teringat teman kecilku.” Ujar gadis itu sambil menggerakan telapak tangannya di depan dada, sekaligus gugup. Aih, kenapa bisa-bisanya menggaggap Taecyeon adalah Yong? Rutuk Hyurin dalam hati.
Taecyeon tidak menyahuti dan hanya tersenyum maklum. Membuat Hyurin ikut menarik sudut-sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Senyuman namja ini mudah sekali menular.
Taecyeon mengulurkan tangannya lagi, kali ini menempatkannya dipuncak kepala gadis itu, mengusap rambutnya lembut.
“Jangan menangis lagi.” Ujar Taecyeon. “Kau lebih manis saat tertawa. Tersenyumlah.”
Bluussh
Hyurin merasa pipinya tiba-tiba berubah warna. Ia mematung kembali. Jantungnya kembali berdetak tak normal. Gawat.
XXXXX
Kyuhyun tau ada yang salah dengan dirinya. Perasaan aneh yang tidak ia suka perlahan menjalar dalam hatinya. Dan itu sejak gadis itu –Park Hyurin- memeluknya beberapa hari yang lalu. Dan sejak kejadian tentang Donghae kemarin.
Sejak hari itu, Kyuhyun selalu mencari sosok Hyurin meski sama sekali tak disadarinya. Saat sarapan di ruang makan, saat perjalanan ke kampus di dalam mobil, atau bahkan saat di kelas Kyuhyun selalu membiarkan ekor matanya melirik pada sosok itu barang sedetik.
Meski saat berdua dalam mobil keduanya hanya saling diam sambil lebih memilih memandang apapun lewat jendela mobil daripada mengobrol.
Dan pagi ini, Kyuhyun merasa Hyurin tak seperti biasanya. Sejak sampai di kelas, gadis itu hanya diam duduk diatas kursinya sambil terlihat menggoreskan sesuatu di atas bukunya. Sedang apa? Menggambarkah?
Kyuhyun selalu memandangi Hyurin, namun ketika gadis itu membalikkan badan kearahnya, Kyuhyun malah menutup mata, berpura-pura tak peduli pada apapun dan siapapun.
hingga saat matanya terbuka lagi, ia sudah melihat gadis itu sedang tersenyum dan tertawa bersama sahabatnya, Taecyeon. Kyuhyun –meski berusaha menampik kenyataan ini– merasa aneh dengan hal itu.
Kenapa moodnya bisa berubah secepat itu? Bukankah sebelumnya gadis itu terlihat lesu? Kenapa dalam sekejap bisa tersenyum dan tertawa seperti itu? Apa… karena Taecyeon kah?
Seakan keadaan ingin menjawab pertanyaan dipikirannya, Kyuhyun melihat gadis itu kembali tertawa saat Taecyeon menggumamkan-sesuatu-entah-apa yang tak bisa didengarnya.
Dan tertnyata benar, mood gadis itu membaik karena Taecyeon. Gadis itu tersenyum dan tertawa karena Taecyeon. Kyuhyun tanpa sadar, menghela napas.
Tidak ada yang salah kan jika Hyurin mendapatkan moodnya kembali karena Taecyeon? Lalu kenapa sepertinya ia merasa tak suka dengan kenyataan itu? Sepertinya, ia sudah tidak waras. Aish…
XXXXX
Hyurin membungkuk pada wastafel lalu membasuh wajahnya dengan air yang mengalir melalui kran. Setelah itu ia meraih tisu yang telah tersedia di toilet kampus itu dan mengelapkan pada wajahnya.
“Haaaahhh~” Hyurin menghela napas lalu memandangi cermin dihadapannya, memandangi bayangan wajahnya sendiri. Lalu kembali memasang kacamata minusnya. Beberapa tiitk air mengalir jatuh dari poninya yang basah.
Hyurin mengelus sebelah pipinya dengan tangan kanan. Dan entah karena alasan apa, ia tersenyum perlahan. Tangan milik namja itu juga menjamah pipinya beberapa saat yang lalu.
Taecyeon mengingatkannya pada teman masa kecilnya, Yong. Hyurin bertemu dengan anak laki-laki kecil itu secara tak sengaja beberapa tahun silam saat ia masih kecil. Menolong Hyurin yang saat itu menangis karena terpisah dari eomma di sebuah taman bermain.
“Namaku? Ehm, kau bisa memanggilku Yong. Jangan menangis lagi ya.”
Itulah jawaban Yong saat Hyurin menanyakan nama anak itu setelah sebelumnya Hyurin menyebutkan namanya sendiri. dan sejak pertemuan itu, Hyurin tak pernah bertemu dengan anak itu lagi. Karena itu adalah pertemuan pertama dan terakhir mereka.
Sikap dan senyuman Taecyeon yang lembut itulah yang mengingatkannya pada Yong. Tapi rasanya tidak mungkin jika mereka adalah dua orang yang sama. Ia bertemu Yong dulu di Chun Cheon, bukan di Seoul.
Hyurin bahkan masih mengingat dengan jelas bagaimana detak jantungnya tadi berdebar. Ia sampai takut jika Taecyeon bisa mendengar bunyinya yang sangat cepat. Bisakah Taecyeon mendengarnya? Kenapa sikap namja itu manis sekali padanya? Apakah Taecyeon juga bersikap seperti itu pada yeoja lain? Ataukah… namja itu merasakan hal yang sama dengan apa yang ia rasakan?
“Tidak mungkin…” gumam Hyurin entah pada siapa. Karena hanya ada dirinya di toilet ini. “Tidak mungkin jika dia menyukaimu. Berhentilah berkhayal, Park Hyurin pabo.” Ia berbicara pada bayangan cermin di depannya.
Hyurin menghela napas, dan tiba-tiba pintu toilet terbuka. Segerombolan yeoja masuk sambil menyeret seorang yeoja lain dan memasukan yeoja itu ke dalam salah satu bilik toilet.
“Sunbae (senior), jebal! Maafkan aku!” jerit yeoja itu dari dalam bilik.
“Mwo?? Maaf, katamu?!” ujar seorang yeoja diantara gerombolan itu, sepertinya dia yang paling berkuasa. “Cih, aku tak butuh maafmu! Terima ini!” ujar yeoja yang sok itu sambil menjentikkan jarinya.
Dan detik berikutnya, seorang yeoja lain menyiramkan seember air ke dalam bilik dari atas pintu. Segerombolan yeoja (sok) cantik itu tertawa bersamaan. Sementara suara dalam bilik itu terdengar seperti isakan tangis.
“YA!!” seru Hyurin, tak bisa menahan diri.
Secara serempak, gerombolan yeoja itu berhenti tertawa dan menoleh kearah Hyurin. “Mwo (apa)? Neon nuguya (siapa kau)?” yeoja yang terlihat paling sok itu menatapnya dari ujung kaki sampai kepala.
“Apa yang kalian lakukan pada anak itu?” Hyurin bertanya sengit, mengabaikan pertanyaan yang diberikan padanya, ia melangkah mendekat kearah para seniornya. Gerombolan itu tiba-tiba saling berbisik. Hyurin bisa mendengar salah satu dari mereka berbisik pada yeoja paling sok itu.
“Yoona-ah, dia murid semester awal. Yang dikabarkan selalu datang dengan Kyuhyun dan suka menggoda Taecyeon.” Hyurin mendengus kesal dan menatap tajam kearah yeoja yang berbisik itu.
“Cih!” desis Yoona. Yeoja (sok) cantik itu melipat kedua lengannya didepan dada. “Jadi kau murid semester awal? Berani sekali berbicara informal pada kami!” Hyurin tak menjawab. Ia memang seharusnya bersikap sopan pada seniornya dan berbicara dengan bahasa formal. Tapi Hyurin merasa sikap para seniornya ini sudah keterlaluan hingga ia tak sudi bersikap sopan pada mereka.
Yoona melangkah mendekati Hyurin dengan pandangan tajam. “Akhirnya aku bisa bertemu dengan yeoja penggoda dua idola kampus ini. Kyuhyun dan Taecyeon, mereka tidak akan mungkin tertarik padamu! Kau murid beasiswa itu kan? Orang sepertimu tidak sebanding denganku.” Hyurin mengepalkan kedua telapaknya. Menahan emosi. Yeoja penggoda katanya?! Apa-apaan?!!
“Kudengar juga, kau yatim piatu. Sejak kapan? Apa orang tuamu belum sempat mengajarkanmu sopan santun sebelum mereka pergi?” lanjut Yoona. “Pantas saja kelakuanmu kurang ajar.”
“Apa kelakuanmu tidak?” Hyurin membalas. Membuat Yoona sedikit tersentak.
“Anak itu menumpahkan minumannya ke sepatuku! Gara-gara dia, sepatu mahalku ini kotor, kau tau!” raungnya sambil menunjuk bilik tadi.
Hyurin mendengus. “Aku ragu, apakah kau bisa berjalan dengan benar.”
“Apa maksudmu?” tanya Yoona tajam.
“Dengan sepatu ber-hak tinggi seperti itu, apakah kau bisa berjalan dengan baik? Itu membuatku berpikir bahwa kaulah yang menabraknya dan membuat minumannya tumpah mengenai sepatumu. Tapi mungkin saja anak itu yang lalai.” Yoona menatapnya semakin tajam. “Atau mungkin kau saja yang berjalan tak memakai mata.”
Hyurin melihat jelas kilat amarah di manik Yoona yang menatapnya. Hyurin sadar, ucapannya pun sudah keterlaluan.
“Neo (kau)… jinjja (sungguh)…” gumam Yoona lambat-lambat, lalu kembali menjentikkan jarinya.
Detik berikutnya, seorang yeoja muncul dari tengah gerombolan dan menyiram Hyurin dengan seember air, membuat tubuh gadis itu benar-benar basah kuyup. Gelak tawa pun kembali pecah. Yoona memandang Hyurin dengan senyuman tajam.
Hyurin yang sempat terkejut hanya diam beberapa saat lalu menyeka wajahnya. “Kalian senang?” gerombolan yeoja itu berhenti tertawa. “Kalian senang bersikap kejam pada junior kalian seperti ini?”
“Hanya pada junior tak tau sopan santun dan aturan seperti kalian.” Jawab Yoona angkuh. Yoona melangkah keluar diikuti oleh dayang-dayangnya seperti bebek. Yoona sengaja menabrak bahu Hyurin saat melewatinya. Hyurin memandang para sunbaenya itu dengan geram. Kedua telapaknya mengepal semakin erat. Mereka. Sungguh. Menyebalkan!
Sayup-sayup, Hyurin mendengar isakan dari balik bilik pintu yang diganjal dengan sapu itu. Hyurin melangkah tersaruk lalu membukanya dan melihat seorang yeoja yang basah kuyup seperti dirinya sedang berjongkok sambil terisak.
“Yara-ah!!” tiba-tiba pintu toilet kembali terbuka dan munculah seorang yeoja berambut sebahu. Yeoja itu melihat Hyurin dengan bingung lalu mendekati yeoja yang berjongkok tadi.
“Yara-ah, gwaenchana (tidak apa-apa)?” pertanyaanya itu membuat Han Yara –gadis yang disiram tadi– mendongak.
“Seung Mi-ya~” isak Yara pada sahabatnya itu.
“Yara-ah, mianhae. Aku tidak tau jika mereka membawamu pergi dari kantin tadi. Mianhae.” Yeoja yang dipanggil Seung Mi tadi mengusap lembut punggung Yara. Lalu ia mendongak pada Hyurin. “Miannata, neon nuguya (maaf, kau siapa)?”
“Seung Mi-ya.. dia Park Hyurin..” sahut Yara sebelum Hyurin sempat menjawab. Sedetik kemudian saat mendengar jawaban yang dilontarkan Yara, Hyurin melihat Seung Mi seperti mengerjap tak percaya. Seolah Hyurin adalah hantu yang tiba-tiba bisa terlihat oleh mata. Darimana Yara tau namanya? Setenar itukah dirinya di kampus ini?
“Ehm, Hyurin-ssi apa kau juga disiram oleh mereka?” tanya Seung Mi setelah berhasil menguasai rasa keterkejutannya. “Kau tidak apa-apa?”
“Aku…” Hyurin menelan ludah, antara bimbang dan menahan emosi. Hyurin memutuskan berbalik dan berderap pergi. Ia benar-benar ingin sendiri saat ini, untuk meredam semua emosinya.
Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang, Hyurin melangkahkan kakinya tak tentu arah. Kata-kata sunbaenya tadi berdengung di kepalanya.
“Akhirnya aku bisa bertemu dengan yeoja penggoda dua idola kampus ini..”
“….Kau murid beasiswa itu kan? Orang sepertimu tidak sebanding denganku…”
Hingga yang paling menyakitkan adalah…
“Kudengar juga, kau yatim piatu. Sejak kapan? Apa orang tuamu belum sempat mengajarkanmu sopan santun sebelum mereka pergi?”
Hyurin berhenti dan berdiri disebuah koridor yang cukup sepi. Tubuhnya mulai terasa menggigil dibalik pakaiannya yang basah kuyup. Napasnya pun sudah mengeluarkan embun. Rasanya seperti ada yang menusuk ulu hatinya saat mendengar kata Yatim Piatu itu.
Tiba-tiba Hyurin merasa sesuatu memegang lengannya dan membuat tubuhnya berbalik. Ia mendongak dan mendapati sosok Kyuhyun lah yang menarik lengannya.
“Aku memanggilmu tapi kau tak menengok.. kau tuli, huh?” ucap namja itu, terdengar dingin dan datar seperrti biasanya. Hyurin tidak memperdulikan ucapan Kyuhyun dan malah menatap namja itu dengan tajam selama beberapa saat, lalu mengibaskan lengannya, membuat tangan Kyuhyun terlepas dari lengannya.
Kyuhyun sedikit terkejut dengan sikap Hyurin. Ia mematung beberapa saat lalu kembali menahan lengan yeoja itu hingga membuat Hyurin berbalik lagi.
Hyurin kembali terpaksa membalikan badannya saat namja menyebalkan itu menahannya. Tiba-tiba Hyurin merasa sesuatu jatuh diatas bahunya. Hyurin mendongak dan mendapati sebuah jaket abu-abu milik Kyuhyun memeluk tubuhnya yang kedinginan.
“Gwaenchana (ada apa)?” meski terdengar datar, tapi Kyuhyun sebenarnya heran melihat keadaan Hyurin yang berantakan seperti ini. Hyurin memandang Kyuhyun dengan air mata yang menggantung di pelupuk matanya. Entah kenapa kelakuan Kyuhyun semakin menyulut emosi yang mati-matian ia tahan sejak tadi.
“Kau peduli?” sahut Hyurin, dingin.
“Mwo?”
“Bukankah seharusnya kau senang melihatku seperti ini? Apa kau lupa kata-katamu beberapa hari yang lalu diatap? Kau bilang membenci orang sepertiku. Lalu kenapa sekarang kau terlihat peduli?! Kau peduli, hah?!” seru Hyurin pada Kyuhyun yang mematung.
Hyurin tidak ingin menangis, apalagi dihadapan namja ini. Tapi ia tak mengerti rasa perih yang sedang menyesaki dadanya ini. Ia sudah melewati banyak hal berat, jadi seharusnya masalah begini bukan apa-apa untuknya. Hanya saja…
“Apa yang terjadi padamu?” Kyuhyun kembali bersuara.
Hyurin menunduk. Meremas telapaknya sendiri. “Kau tau, mereka memanggilku yatim piatu. Dan aku sangat membenci kata-kata itu. Semua ini tidak akan terjadi jika bukan karena dirimu.”
Kyuhyun menyipitkan matanya, bingung. “Mwo??”
“Kau yang membuatku jadi seperti ini. Kau membunuh appa dan eomma ku. Kau pembunuh!”
Kyuhyun melihat setetes air mata jatuh mengalir sesaat sebelum yeoja itu menarik lengannya dari genggaman Kyuhyun dan memalingkan muka. Lalu berlari menjauh.
Meninggalkan Kyuhyun yang masih mematung karena ucapan terakhir gadis itu. Dinding koridor inipun seperti berkonvrontasi memojokkannya dengan mendengungkan kalimat terakhir Hyurin tadi.
“Kau pembunuh!”
*
TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar