Jumat, 09 Maret 2012
Listen to You (Part 6)
FanFiction Story: Listen to You (Part 6)
Sebelumnya =
“Aku memang membencimu.”
Suara sedingin laut baltik itu terdengar pelan dan jelas. Cukup membuat Hyurin semakin mematung ditempatnya.
“Mwo?”
Kyuhyun melirik Hyurin melalui bahunya. Sorot mata itu masih tajam hingga membuat Hyurin sedikit gentar.
“Kau. Aku sangat membencimu.” Ujar Kyuhyun lagi. Tak kalah dingin dengan sebelumnya.
“Kau pikir tindakanmu sudah benar? Jangan pernah mengira aku akan merasa berhutang nyawa padamu. Aku tidak butuh bantuan.” Ucap namja itu dengan nada datar yang terdengar mengerikan.
“Kau. Pengganggu.” Ucapnya, final.
XXXXX
Listen to You (Part 6)
Betapa hangatnya pelukan angin ini saat rasa dingin seakan telah menjadi sahabat bagi hati.
Mereka masih lebih beruntung, mereka masih memiliki…apapun yang mereka miliki saat ini.
Sementara aku? Apa yang masih tersisa untuk aku genggam, untuk sekedar ku jadikan milikku?
-Cho Kyuhyun-
Author POV
Ada sesuatu hal aneh yang terjadi hari ini. Ketika Jung Soo turun untuk sarapan seperti biasanya, ia melihat keanehan itu…
Kyuhyun duduk di salah satu kursi ruang makan dengan pakaian rapi yang biasanya ia kenakan untuk berpergian.
“Ya, Kyuhyun-ah! Kau mau kemana?” tanya Jung Soo. Ia sangat heran melihat Kyuhyun yang begitu rapi seperti ini.
Namja yang sedang mengunyah roti bakarnya dengan tenang itu pun mengangkat wajah kearah Jung Soo yang sudah duduk di hadapannya.
“Kau mau pergi kemana?” tanya hyungnya lagi. Ada raut khawatir yang terlihat jelas di wajah itu. Mungkinkah takut jika aku akan mencoba bunuh diri lagi? Pikir Kyuhyun.
“Kampus, kemana lagi hyung..” jawab Kyuhyun. Jawaban itu sontak membuat Jung Soo tersedak jus apelnya.
“MWO??”
“Ya! Tak perlu berlebihan seperti itu hyung..”
“Kau yakin akan pergi ke kampus?”
“Kenapa tidak?” Jung Soo menatap Kyu lekat-lekat.
“Kau… mau apa pergi ke kampus?”
Kyuhyun memutar bola matanya kesal. “Membunuh semua dosen.”
“Ya! Kau… aku tidak sedang bercanda Kyuhyun-ah!”
“Hyung menanyakan pertanyaan yang membosankan. Aku tidak akan melakukan hal-hal aneh lagi hyung. aku janji, hyung harus percaya.”
“Tapi…”
“Selamat pagi, oppa..” suara Hyurin yang baru datang, mengalihkan perhatian dua namja itu. Jung Soo melihat Hyurin menatapnya, berdiri dengan kikuk sambil membawa tas ransel kecilnya. Sementara Kyu hanya melirik sekilas dan kembali fokus pada roti bakarnya. Gadis itu terlihat melirik kearah Kyuhyun yang sama sekali tak memperhatikannya.
“Selamat pagi Hyurin-ah. Pakaianmu rapi sekali. Kau mau pergi ke suatu tempat?”
“Ne, aku harus pergi ke kampus oppa…”
Jung Soo tiba-tiba tersenyum mesterius. “Kebetulan sekali. Kau sekampus dengan Taecyeon kan? Seoul univ?”
Hyurin mengangguk dengan kening berkerut. Sementara Kyuhyun merasa ada hal aneh yang akan dikatakan hyungnya…
“Kalau begitu, kau bisa berangkat berdua dengan Kyu, dia juga akan pergi ke sana..”
“ANDWAE!” Secara bersamaan, Kyuhyun dan Hyurin memotong kalimat Jung Soo. Keduanya lalu saling menatap dengan pandangan tidak suka. Membuat Jung Soo tertawa.
“Ommo~ Baru kenal saja sudah sekompak ini…” ucapnya disela-sela tawa. “Kalian benar-benar serasi, hahaha..”
“OPPA!”
“YA! HYUNG!!”
XXXXX
Hyurin hampir tak mempercayai dirinya sendiri saat ia dengan bodohnya setuju untuk berangkat bersama Kyuhyun ke kampus. Jung Soo menyeretnya dan Kyu masuk dalam mobil mewah yang bahkan ia tak berani mendengar harga jualnya, karena mungkin saja itu akan membuatnya pingsan ditempat. Jung ahjussi –sang supir- menyambut Kyu dan Hyurin dengan senyum ramah.
Dan akhirnya, Hyurin mengawali hari barunya dengan muka yang ditekuk belipat-lipat kesalnya. Sementara Kyuhyun tampak tak begitu terlalu ambil pusing dengan semua itu. Namja dingin itu bahkan seperti menganggap Hyurin tak tampak, sesuatu yang kasat mata.
Hyurin mendengus kesal dan tiba-tiba perkataan Jung Soo –sesaat sebelum ia naik ke dalam mobil- melintas kembali dipikirannya.
“Hyurin-ah, bolehkah aku meminta tolong padamu?”
“Wae oppa?”
“Sejak awal semester dimulai Kyuhyun jarang masuk dan ikut pelajaran di kampus. Agak aneh tiba-tiba dia ingin pergi ke kampus seperti ini. Aku takut ia pergi kesana hanya untuk… berbuat sesuatu yang aneh seperti sebelumnya. Jadi… kumohon tolong awasi dia untukku. Jika ada sesuatu hal aneh yang dilakukannya, segera hubungi aku, arraseo?”
Melalui ekor matanya, diam-diam Hyurin melirik namja yang duduk di kursi penumpang di sebelah kanannya. Kyuhyun Nampak menopangkan dagunya dan menatap keluar jendela mobil, entah sedang memandang apa.
“Cih, sok cool sekali dia!” bisik Hyurin, mencibir.
Sangat pendiam, irit omongan, kaku, menyebalkan, dan tidak ramah adalah beberapa sifat menonjol yang dirasakan Hyurin dari namja itu. Tidak ada manis-manisnya sama sekali, batin Hyurin. Berbeda 180 derajat dengan Hyungnya dan sahabatnya, Taecyeon. Bisa-bisanya Taecyeon yang bertipe Prince Charm itu mempunyai sahabat dengan sifat sedingin es batu begini?
Mendadak, tau-tau Kyuhyun menggerakkan kepalanya, kearah Hyurin. Membuat yeoja itu mengerjap kaget.
Namja itu mengangkat sebelah alisnya ke atas. Tatapan itu seperti bertanya “Apa lihat-lihat?!”
Hyurin hanya mencibir tak jelas sambil membuang mukanya ke depan jendela di sampingnya. Merasa sedikit malu karena tertangkap basah memperhatikan Kyuhyun dari tadi. Aish, neomu paboya Hyurin-ah! Untuk apa juga kau memperhatikan namja-super-menyebalkan itu?
“Sudah sampai, Tuan muda, Nona Hyurin..” suara Jung ahjussi membuyarkan lamunan Hyurin.
Halaman Seoul Univ terpampang dihadapannya. Kyuhyun dan Hyurin keluar dari dalam mobil bersamaan. Dan baru sedetik yang lalu Hyurin menginjakkan kakiknya di bawah, ia merasa seluruh mata yang ada di sekitar situ tertuju ke arahnya.
Hyurin yang heran hanya meneliti tubuhnya sendiri dari ujung kaki hingga ke atas. Takut jika ada hal aneh yang menempel di tubuhnya. Tapi, sepertinya tidak ada yang aneh kok dengan penampilannya. Lalu ada apa ?
Hyurin menoleh heran ke sisi kanan saat ia merasa ada seseorang yang mencolek-colek lengannya. Dan oknum pencolek itu tak lain adalah Kyuhyun.
“Ya! Jangan mencolek lengan orang seenakmu!” ujar Hyurin sengit.
“Antarkan aku ke kelas Taecyeon.” Singkat, padat dan sangat jelas kalimat itu terdengar di telinga Hyurin. Nada perintah sama sekali tak dapat disamarkan di suara itu.
“Memangnya kau tak bisa pergi sendiri hah?” tolak Hyurin. Ia benar-benar heran dengan namja ini. Dia sedang minta tolong atau apa sih? Tak bisakah kalimatnya manis sedikit? Setidaknya ucapkan kata ‘tolong’ saat ingin meminta bantuan pada seseorang.
“Aku lupa dimana kelas itu.”
MWO??!
Hyurin ternganga mendengar celetukan Kyuhyun. Namja ini benar-benar…. haish!! Kemarin Kyuhyun mengatakan kalimat yang menyakitkan dan sekarang ia bersikap seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Seolah kalimat yang dikatakannya kemarin adalah sebuah hal yang wajar.
Tidak berniat meminta maafkah namja ini?
“Lama. Aku pergi sendiri saja.” Ucap Kyuhyun dengan nada datar dan berlalu tanpa menoleh sedikitpun pada Hyurin. Dengan ke-sok-tahuannya Kyuhyun berjalan menjauh.
Hyurin mendengus kesal. “Yasudah, pergi sana!” bisiknya tajam. Ia berjalan kearah lain dengan perasaan dilema. Bayangan Jung Soo dengan raut khawatir melintas dikepalanya.
“Aku takut ia pergi ke kampus hanya untuk… berbuat sesuatu yang aneh seperti sebelumnya. Jadi… kumohon tolong awasi dia untukku.”
TAP
Langkah Hyurin terhenti, ia menggelengkan kepalanya dengan sebal dan kemudian berbalik lagi kearah tadi. Ia tidak bisa mengabaikan permintaan tolong dari seseorang apalagi jika permintaan itu diajukan oleh orang seperti Park Jung Soo, yang memang pantas untuk ditolong. Tapi kenapa orang yang harus dijaganya adalah Cho Kyuhyun? Tak adakah namja lain yang lebih manis untuk diawasinya selain dia? Aish, menyebalkan!
“Ya! Cho Kyuhyun! Kau salah jalan, kelasnya bukan kearah situ!!”
XXXXX
Hari ini kegemparan terjadi di kampus Seoul. Banyak kasak-kusuk yang didesuskan oleh hampir setiap murid disini. Dan sumber dari semua kegemparan ini adalah namja yang bernama Cho Kyuhyun.
Semuanya tau bahwa Kyuhyun adalah anak dari seorang pengusaha sukses sekaligus donatur dana terbesar bagi kampus ini. Sejak awal semester dimulai, ia sudah jarang menampakkan diri dikampus. Para dosen tak ada yang berani menegur apalagi mengeluarkannya karena segan dengan ayahnya, Tuan Cho. Sikapnya yang dingin, tidak ramah dan sangat misterius membuat yeoja-yeoja penasaran dengan kepribadiannya. Tapi sampai saat ini tidak ada seorang yeoja pun yang terlihat berhasil mendekatinya dan menarik perhatiannya.
Namun hari ini, semua digemparkan dengan kedatangan Tuan Muda itu di kampus setelah beberapa waktu tak menampakkan diri. Sama sekali tak ada yang tau dengan kejadian yang dialami Kyuhyun. Mereka menggangap namja itu hanya malas ke kampus dan membolos hingga beberapa waktu tak kelihatan di kampus ini.
Selain itu, ada hal yang lebih mengejutkan. Inti dari kegemparan ini adalah, Cho Kyuhyun datang ke kampus dengan seorang yeoja. Mereka bahkan keluar dari mobil yang sama dan berjalan bersisian di sepanjang koridor kampus. Kyuhyun berjalan tenang dengan headseat putih yang melekat di telinganya, terlihat sama sekali tak terganggu dengan pandangan semua orang yang melirik dan mengawasi gerak-geriknya, persis paparazzi.
Sementara Hyurin yang berjalan disisinya jelas tampak tak suka dengan keadaan saat ini. Ia membenarkan letak kacamatanya yang sedikit merosot. Beberapa kali ia melirik ke kanan dan ke kiri. Pandangan yeoja-yeoja di kampus ini terlihat sangat mengerikan hari ini. Ada yang diam-diam melirik tajam kearahnya bahkan tak sedikit juga yang secara terang-terangan menunjukkan tatapan tak suka padanya. Ada apa sih? Apa yang salah?
Hyurin menyikut pelan lengan Kyuhyun. “Ya.. kenapa mereka menatap ku seperti itu?” bisiknya.
Dan sang Tuan Muda itu hanya meliriknya sekilas lalu mengangkat bahu tak acuh sama sekali. Hyurin menghembuskan napasnya ke atas dengan kesal, membuat poninya tertiup sekilas. Dasar robot kaku! Tak punya ekspresi sama sekali! Irit kata! Seolah-olah mengeluarkan kalimat panjang akan membuatnya segera mati saja.
Hyurin menghela napas lagi. Haaaahh, sepertinya ini akan menjadi hari yang sulit untukmu, Hyurin-ah. Gwenchana (tak apa)! Hwaiting! Ia menyemangati dirinya sendiri dalam hati, mengepalkan tangannya sendiri sambil mengangguk. Lalu berjalan mantap disisi Kyuhyun.
XXXXX
Sesekali Taecyeon menggerakkan tangannya untuk mencatat beberapa penjelasan yang sedang diterangkan oleh Guru Lee. Lalu matanya melirik ke sebelah kanan, dan nampak Kyuhyun sedang menatap ke depan dengan bosan.
Pagi ini ia adalah salah satu orang yang dikejutkan karena tiba-tiba Kyuhyun masuk ke kelas dan menempatkan diri duduk di dekatnya. Senang memang rasanya saat sahabatnya itu mau kembali masuk ke kampus seperti dulu. Namun rasa heran itu jauh lebih besar dari rasa senangnya. Pikirannya tak jauh berbeda dengan Jung Soo, ia takut Kyuhyun datang kemari hanya untuk membuat ulah.
Dan bukan hal itu saja yang mengusik pikirannya. Ketika Kyuhyun datang ke kelas ini, ia melihat Hyurin yang mengantarnya sampai depan pintu kelas. Yeoja yang kini tinggal serumah dengan Kyuhyun itu sempat menariknya dan membisikan permintaan tolong padanya.
“Aku ada kelas lain hari ini, Taecyeon-ya. Bisakah kau mengawasi namja itu? Jebaal~”
Permintaan sederhana yang diucapkan dengan ketulusan itu membuat Taecyeon sedikit terganggu. Hyurin mengkhawatirkan Kyuhyun? Apa dia menyukainya? Benarkan seperti itu?
“Wae?”
Taecyeon mengerjapkan matanya, sedikit kaget, ternyata Kyuhyun sedang melirik kearahnya.
“Mwo?” tanyanya linglung.
“Kenapa melihatku terus?” sahut Kyuhyun, pandangannya sudah kembali menghadap ke depan.
Taecyeon berdeham, lalu kembali memutar wajahnya menatap kearah Guru Lee yang terlihat menuliskan-sesuatu-entah-apa dipapan tulis.
“Aniyo. Aku hanya senang kau disini.” jawab Taecyeon, nyaris berbisik. Kyuhyun tak menyahut lagi. Kini keduanya sama-sama kembali fokus pada pelajaran dan penjelasan guru didepan.
Taecyeon berusaha membuang pikiran yang mengganggunya. Ia mencoba membentengi dirinya sendiri dengan perasaan yang telah dipendamnya. Ia cemburu. Cemburu jika gadis itu mulai memperhatikan namja lain selain dirinya. Tapi Kyuhyun adalah sahabatnya sendiri. ia tak boleh seperti ini. Cemburu? Hah, kekanak-kanakan.
Taecyeon diam-diam melirik sekilas kearah sahabatnya lagi, lalu tersenyum.
“Tanpa kau minta pun aku pasti akan menjaganya, Hyurin-ah…”
XXXXX
Cho Kyuhyun POV
Kenop pintu itu terasa dingin di genggamanku. Dengan sedikit bunyi berderik pintu itu mengayun membuka. Dan langit senja yang merona dalam jingga menyambutku, dengan tiupan angin yang terasa lebih kencang di atas sini. Tiga belas tingkat di bawah sana, hidup masih berjalan seperti biasa.
Jam kuliahku sudah berakhir sekitar sejam yang lalu. Seharian ini Taecyeon terus mengekoriku kemanapun. Bahkan saat aku ingin ke toilet, ia juga ikut. Hingga saat jam kuliah berakhir, saat ia dipanggil Guru Shin ke ruangannya, aku bisa menjauh dari pengawasannya.
Dan disinilah aku sekarang…
Aku menutup mata, menikmati hembusan angin yang membelai pipiku dan memeluk tubuhku. Aku tersenyum pahit. Betapa hangatnya pelukan angin ini saat rasa dingin seakan telah menjadi sahabat bagi hati.
Langkah kakiku sedikit gemetar ketika mendekati tepi atap gedung kampus ini. Pandanganku tiba-tiba sedikit kabur. Tiba-tiba saja rasa sesak itu menyeruak kembali, berkejaran dengan isakan yang terus kutahan sambil terus melangkah. Dan tiba-tiba saja, aku hanya berjarak dua langkah dari tepian atap.
Aku mematung. Pandanganku jatuh jauh ke bawah sana. Deretan kendaraan yang terparkir di halaman kampus ini. Titik-titik manusia yang bergerak acak, seakan mengejar sesuatu. Entah apa. Ah, mereka masih lebih beruntung, mereka masih memiliki…apapun yang mereka miliki saat ini. Sementara aku? Apa yang masih tersisa untuk aku genggam, untuk sekedar aku jadikan milikku?
Yang tersisa untuk kumiliki hanyalah tarikan nafasku ini. Itupun mungkin tak lagi banyak, karena aku telah memilih. Kugerakkan kakiku, tak sampai satu langkah. Tiba-tiba saja kedua kakiku terasa begitu berat, seakan tak setuju dengan apa yang kini tengah berputar di benakku.
Semuanya tiba-tiba seperti sebuah rol film yang diputar begitu cepat di dalam otakku.
Masa kecilku bersama Ok Taecyeon, namja yang selalu berusaha mengertiku. Selalu mengalah demi aku. Tak pernah bisa marah saat aku sering merusakan mainannya. Namja bodoh yang terlewat baik hati karena mau-maunya tetap berteman denganku walau aku telah menyuruhnya pergi.
Appa dan eomma yang tak pernah peduli padaku. Pekerjaan adalah semacam oksigen bagi mereka agar tetap hidup. Hanya beberapa kali pulang ke Seoul dalam beberapa tahun, sungguh keterlaluan. Bahkan menyuruh Jung Soo hyung menggatikan tugas mereka sebagai orang tua.
Lalu tentang Cho Ahra, noona yang begitu ku sayangi melebihi diriku sendiri di dunia ini. Namun telah pergi, meninggalkanku untuk selamanya dan tak pernah kembali.
Pandanganku semakin mengabur. Dan setetes air hangat mengalir di pipiku. Menciptakan jejak aliran disana. Satu tetesan pertama itu kemudian beranak pinak dan mengalirlah tetesan air mata lainnya, yang tak bisa ku bendung lagi.
BRUK
Aku membiarkan lututku beradu dengan lantai semen atap ini. Bahuku bergetar hebat, meluapkan segalanya yang tak pernah bisa ku ungkapkan pada siapapun.
“Cho Kyuhyun, dongsaeng noona yang paling tampan, saengil chukkahamnidaa!! Noona hanya berharap satu hal untukmu. Semoga… kebahagian selalu menyertai hidupmu, selamanya. Jeongmal saranghae, Kyuhyunnie!!”
Kalimat terindah Ahra noona sekaligus kalimat selamat ulang tahun terakhir untukku, tiga tahun lalu. Aku masih mengingat dengan jelas, bagaimana cantiknya wajahnya ketika mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum lebar padaku kala itu.
“Wae (kenapa)?..” lirihku, pelan. Entah pada siapa. Hanya ada desau angin yang terasa menemaniku saat ini. Dinginnya serasa menembus hingga ke dalam jantungku. “Kenapa noona meninggalkanku sendirian seperti ini? Aku lelah.,, Aku tak sanggup lagi… noona. WAE??!” teriakku pada desau angin yang kini terdengar seperti menertawakan penderitaan dan kepedihan tak terkira yang kurasakan.
“Mianhae..” aku berdiri dengan tersaruk, karena sepertinya aku sudah tak punya tenaga sama sekali untuk berdiri tegak. Aku tak sanggup, dan aku lelah. Aku ingin menyerah, selalu ingin menyerah. “Mianhae… noona..”
Aku menyeret kakiku satu langkah ke depan, dan saat ini aku benar-benar berada di ujung atap bersemen ini. Bersiap mengakhiri semuanya.
“Aku merindukanmu, noona…” ucapku sepenuh hati, karena memang itulah yang selama ini kurasakan. “Jeongmal bogosshiepo-yo (sangat merindukanmu)..”
Dada ini rasanya sudah tak mampu lagi menyimpan udara. Kuota oksigen rasanya tiba-tiba saja menipis, membuatku semakin sesak. Bahuku masih bergetar hebat dan air mata sialan ini pun sepertinya tak akan pernah bisa kuhentikan mengalir.
GRABB
Tiba-tiba saja aku merasa sesuatu melingkar di pinggang dan perutku, sesaat sebelum aku menjatuhkan tubuhku ke bawah sana. Dengan sisa air mata yang menggantung di pelupuk mata, aku menunduk. Dan aku melihat sendiri tetes air mataku itu jatuh disebuah punggung tangan yang sedang memelukku dari belakang.
“Jangan lakukan ini.” Suara yang terasa familiar itu terdengar jelas dari balik punggungku. “Jangan menyerah, Cho Kyuhyun. Aku… ada aku disini… untukmu.”
Dan pelukan itu semakin erat, membuat sesuatu yang tidak ku tau apa itu, menghangat dalam hatiku.
XXXXX
Rasanya seperti ada sebuah duri kecil yang menancap dan menembus kulit. Membuat perih. Namun sayangnya aku tidak tau dibagian mana duri itu menancap. Luka yang tak terlihat.
-Ok Taecyeon-
*
Park Hyu Rin POV
Aku menemukannya. Sudah hampir satu jam yang lalu namja ini menghilang. Dan baru sekarang aku berhasil menemukannya. Aku mengayunkan kakiku mendekat. Tapi entah mengapa aku merasa tak ingin menimbulkan suara sedikitpun. Aku takut, jika aku bersuara sedikit saja dan ia mendengarnya, aku takut ia akan langsung menjatuhkan tubuhnya ke bawah sana. Aku tak mau.
“Aku membawa dua ponsel. Bawalah yang satu ini. Jika kau sudah menemukan Kyuhyun, tekan tombol angka 7, dan itu akan langsung tersambung ke ponselku. Kau mengerti?”
Aku teringat pesan Taecyeon sesaat sebelum kami berpisah untuk mencari Kyuhyun. Ku rogoh saku mantelku dan segera menekan tombol angka 7 hingga sebuah nada sambung terdengar.
“Aku menemukannya, Taecyeon-ya. Di atap gedung, cepatlah kesini.” Ucapku cepat begitu sambungan diangkat, dan Taecyeon hanya menggumamkan kata “Arraseo” lalu memutuskan sambungan.
Aku memasukkan kembali ponsel itu kedalam mantelku.
Aku mengangkat wajah dan menatap punggungnya, yang berdiri beberapa meter di depan sana. Sepertinya dia tak menyadariku yang berada di belakangnya. Entah apa yang sedang dipikirkannya. Aku hanya berharap Taecyeon cepat datang kesini sebelum Kyuhyun menjatuhkan diri.
BRUK
Aku menggerakkan kakiku dua langkah tanpa sadar, saat kulihat Kyuhyun jatuh berlutut. Tapi kemudian aku berhenti. Karena aku mendengar isakan dari namja itu. Bahu yang tegap itupun terlihat bergetar menahan tangis. Sebenarnya apa yang terjadi dengan namja itu? Kadang di satu sisi ia menunjukkan sifat dingin dan ketidak-peduliannya pada apapun, dan disisi lain –seperti sekarang ini- ia terlihat begitu… rapuh.
“Wae (kenapa)?..”
Aku menajamkan telinga saat kudengar ia bersuara di sela-sela isakannya.
“Kenapa noona meninggalkanku sendirian seperti ini? Aku lelah.,,”
Noona? Noona-nya pergi? Kemana?
“ Aku tak sanggup lagi… noona.“ ujar namja itu lagi. Entah pada siapa ia menyerukan bebannya saat ini.
“WAE??!” teriaknya keras, sambil meninjukan tangannya pada lantai keras dan kasar ini. Aku melihatnya kembali terisak dan bahu lebar itu bergetar semakin hebat.
Kulihat ia mulai berdiri dengan susah payah, dan menyeret kakinya ke ujung atap ini. Benar-benar sudah diujung.
Mungkin aku sudah gila atau semacamnya. Karena aku mulai melangkahkan kakiku ke depan, ke arahnya. Ada sesuatu dalam dadaku yang bergemuruh sesak saat melihat tubuh ringkih dan mendengar suara pedih isakannya itu. Menarikku mendekat dan terjerat dalam sebuah rasa yang aku tak tau apa itu. Aku hanya merasa tak ingin mendengar dan melihatnya rapuh seperti ini. Tangisannya membuatku sesak.
Kenapa seputus asa itu?
GRABB
Aku benar-benar sudah gila, mungkin. Aku bahkan memeluknya sekarang. Orang yang kubenci. Orang yang membuat ku berpisah dengan appa dan eomma…
…..tapi aku benar-benar tak bisa membiarkannya jatuh kesana.
“Jangan lakukan ini.” Aku mendengar suaraku sendiri mengucapkan kata-kata itu tanpa kusadari.
“Jangan menyerah, Cho Kyuhyun. Aku… ada aku disini… untukmu.”
XXXXX
Ok Taecyeon POV
Aku mematung di tempat ku berdiri saat ini. Tanganku masih memegang kenop pintu yang menghubungkannya dengan atap gedung. Napasku masih terengah-engah karena berlari dari lantai delapan ke lantai tiga belas dengan cepat begitu mendapat telepon dari Hyurin tadi.
Aku mematung. Disana, aku melihat mereka berpelukan. Ah, tidak. Lebih tepatnya aku melihat Hyurin memeluk tubuh Kyuhyun dari belakang.
Jadi seperti ini?
Aku berbalik dan berjalan gontai. Memutuskan untuk duduk di anak tangga ini. Entah kenapa ada sesuatu yang salah ketika melihat mereka seperti itu.
Rasanya seperti ada sebuah duri kecil yang menancap dan menembus kulit. Membuat perih. Namun sayangnya aku tidak tau dibagian mana duri itu menancap. Luka yang tak terlihat.
Aku menghela napas dengan tenang. Lalu menggeleng pelan.
Ini… apa aku cemburu ?
XXXXX
Author POV
“Kau sudah merasa lebih baik?”
Pertanyaan itu sontak membuat kaget Kyuhyun yang sedari tadi hanya diam melamun. Ia melirik Hyurin yang berada tepat di sampingnya.
“Hm.” Sahutnya pelan dan sangat singkat. Lalu kembali menatap ke depan.
Saat ini mereka sedang duduk bersila di lantai bersemen di atap kampus ini. Langit yang mulai bercorak ungu dan hitam kebiru-biruan itu memayungi mereka. Desau angin yang menerpa seperti terdengar sangat jelas karena kedua orang itu hanya mengisi waktu dengan keheningan sejak beberapa saat yang lalu.
Kyuhyun membuka telapak tangan kanannya, memandangi sebungkus kecil permen mint yang diberikan Hyurin beberapa saat yang lalu. Hyurin mengatakan sejak kecil permen mint selalu bisa membuat perasaannya menjadi lebih baik. Karena itulah gadis itu memberikan satu permen mint-nya pada Kyuhyun. Agar perasaan namja itu –semoga- bisa lebih baik setelah memakannya.
Kembali, Kyuhyun tak bisa mencegah matanya untuk tak melirik kearah yeoja di sebelahnya ini. Sepertinya ada yang salah dengan otaknya sejak gadis itu memeluknya tadi. Ia tak pernah merasa mudah nyaman berada didekat orang yang baru dikenalnya. Sampai saat ini pun hanya Taecyeon lah yang bisa berada dekat dengannya. Tapi gadis ini, Park Hyurin membuatnya seperti… ia ingin… pelukan itu lagi.
Pelukan yang penuh kehangatan. Membuatnya tenang. Membuatnya merasa bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Wae?”
Kyuhyun sontak menoleh mendengar pertanyaan itu dan melihat kearah Hyurin dengan pandangan bingung. Hyurin membalas tatapannya.
“Kenapa kau seperti ini? Kenapa kau selalu mencoba.. mengakhiri hidupmu sendiri?”
Mendadak Kyuhyun lupa bagaimana caranya berbicara. Pertanyaan gadis itu, sangat telak mengenai ulu hatinya. Lidahnya kelu, tak tau harus menjawab apa. Tanpa sadar ia mengepalkan kedua telapak tangannya. Menahan sesak yang kembali datang menyeruak dalam dadanya.
“Kau bisa berbagi cerita… atau apapun yang selama ini kau pendam sendirian.. padaku.”
Kyuhyun tercekat. Ia menoleh dan mendapati Hyurin menatapnya lalu menyunggingkan senyuman tipis. Seolah menegaskan bahwa gadis itu benar-benar ingin mendengarkan ceritanya.
Kyuhyun masih ingat kejadian semalam saat didapur. Ia mengatakan membenci Hyurin. Itu karena suasana hatinya kemarin benar-benar sangat buruk. Ia tak menyukai gadis ini, karena alasan sepele. Gadis inilah yang menggagalkan rencana bunuh dirinya.
Ia membenci Hyurin karena gadis ini yang telah menyelamatkannya.
“Aku janji tidak akan mengatakan pada siapapun tentang ceritamu, aku berjanji.” Hyurin mengangguk mantap sambil mengacungkan dua jarinya yang membentuk huruf V.
Bisakah? Bolehkah ia percaya dan menaruh harapan pada gadis ini? Benarkah gadis ini akan benar-benar peduli… atau ia hanya bersimpati?
Kyuhyun terdiam. Pikirannya mulai tak menentu. Kenapa gadis itu bersikap seperti ini padanya? Seakan-akan apa yang diucapakannya pada Hyurin semalam tak pernah terjadi. Kenapa gadis ini terlihat seolah benar-benar peduli?
“Ah, kau pasti belum percaya ya.. aku benar-benar tidak akan membocorkannya pada siapapun kok.” Ujar Hyurin. “Kau bisa memegang ucapanku se–“
“Hajima (jangan).” Kyuhyun membuka mulut, menyela.
Hyurin mengeryit bingung. “Mwoya (apa)..?”
Tiba-tiba saja, Kyuhyun bangkit dan berdiri. Dan Hyurin pun reflek ikut berdiri.
Hyurin semakin bingung saat Kyuhyun menatapnya dengan sangat tajam. “Jangan bersikap seperti ini. Jangan berbaik hati padaku.”
Hyurin membulatkan matanya dan mengerjap. “Wae (kenapa)..?”
“Aku benci orang jahat.” Sahut Kyuhyun, suara dan tatapan mata itu kembali dingin. “Tapi… aku jauh lebih membenci orang baik.”
Hyurin menatapnya bingung. Namun Kyuhyun tak peduli dan membalikkan badannya, melangakah menjauh, berderap pergi. Saat sudah beberapa langkah, ia berhenti sejenak, lantas membuang sebungkus permen mint yang masih ia genggam sedari tadi pada sebuah tong di dekat situ. Dan kembali melanjutkan langkahnya.
Kyuhyun benci pada orang baik. Karena kita tidak akan pernah tau dan menyangka kapan orang baik akan berkhianat. Saat kau sudah terlanjur percaya dan ternyata orang itu malah menghunuskan pedang ke punggungmu dari belakang. Luka yang begitu mengejutkan.
Dan jika sudah demikian, luka itu akan mengendap dalam, begitu dalam hingga ia tak pernah bisa percaya pada siapapun lagi.
XXXXX
Jarum jam pada dinding sudah menunjuk ke angka Sembilan. Namun Hyurin sama sekali tak bisa menutup matanya dan tertidur. Padahal besok ia masih ada jam kuliah pagi.
“Haish!! Eothoke??” geramnya sambil menyibakkan selimut dengan kesal. Ia mendengus lalu memutuskan pergi ke dapur dan membuat secangkir coklat hangat. Berharap semoga itu akan membantunya cepat mengantuk.
“Oppa..?” Hyurin melihat Jung Soo sedang duduk di meja makan dengan sebuah cangkir dihadapannya. Jung Soo menoleh dan tersenyum kearah Hyurin yang kini menarik sebuah kursi dan duduk di hadapannya.
“Kenapa oppa belum tidur?” tanya gadis itu.
“Insomnia.” Jawab Jung Soo. “Kau sendiri?”
“Yah, kita sama oppa…” sahut Hyurin, malas. Jung Soo terkekeh pelan.
“Mau coklat hangat?” tawarnya dan langsung disambut dengan anggukan oleh Hyurin. Jung Soo segera berdiri dan menuangkan coklat hangat dalam cangkir seperti miliknya dan menyerahkannya pada Hyurin.
“Gomawo oppa…”
“Ne.” Jung Soo kembali duduk di kursinya.
“Ehm.. oppa? Bolehkah aku bertanya sesuatu?” Hyurin menatap Jung Soo ragu-ragu.
“Silahkan saja, mumpung saat ini bertanya belum ada pajaknya haha..” celetuknya berusaha bergurau, namun Hyurin sama sekali tak menanggapi candaannya. Membuat tawanya berhenti seketika.
“Bertanyalah, akan kujawab jika aku memang tau jawabannya..”
Hyurin menarik napas sejenak, kedua telapaknya menggenggam cangkir dan membuat hangat itu menjalar di telapaknya.
“Oppa, apakah Kyuhyun mempunyai seorang eonni?”
Jung Soo mengangkat wajahnya dan memandang Hyurin. “Ya, dia punya seorang noona. Tapi.. darimana kau tau?”
Hyurin tersenyum kikuk. “A.. aku tau dari.. dari foto seorang wanita di foto keluarga di ruang tengah itu oppa..” jawab Hyurin, entah kenapa menjawab dengan sebuah kebohongan. Ia memang tidak menceritakan apa yang terjadi hari ini pada Jung Soo.
“Siapa nama eonni itu, oppa?”
“Cho Ahra.”
“Ehm.. dimana Ahra eonni sekarang? Kenapa aku tidak pernah melihatnya dirumah ini?”
“Dia… sudah meninggal.” Jawab Jung Soo lirih. Mata Hyurin membulat kaget dengan jawaban yang sama sekali tak terduga itu. “Tiga tahun yang lalu.” Sambung pria itu.
Hyurin tercekat, sedikit menyesal telah menanyakan hal ini. “Mi.. mianhae oppa, aku tidak bermaksud….”
“Gwaenchana..” ujar Jung Soo dengan seulas senyum tipis.
“Kalau aku boleh tau… karena apa?” Hyurin terlalu penasaran.
“Kecelakaan.”
“Ke.. kecelakaan? Tiga tahun lalu?” Hyurin mulai terbata. Potongan-potongan puzzle seperti sedang menyusun sendiri dalam otaknya.
“Ne, waeyo Hyurin-ah?”
“Jadi sejak itukah, Kyuhyun menjadi seperti sekarang ini?” Hyurin kembali mengajukan sebuah pertanyaan.
“Eo (ya)… dia dulu tak seperti ini, Hyurin-ah. Dia menjadi seperti sekarang ini sejak tiga tahun lalu. Karena kecelakaan itu.”
Hyurin menunduk menatap isi cangkirnya. Tangannya menempel semakin erat pada cangkir itu. “Oppa.. dimana kecelakaan itu terjadi?” tanyanya dengan suara bergetar, entah karena apa.
“Di sebuah jalan raya yang cukup ramai, kawasan Ithaewon.”
DEG
Kepingan puzzle-puzzle itu mulai membentuk sesuatu.
Kecelakaan. Tiga tahun lalu. Ithaewon.
Sama. Itu semua persis sama dengan apa yang dialami oleh appa dan eommanya, tiga tahun yang lalu.
Genggaman telapak Hyurin pada cangkirnya mengendur perlahan. Lemas dan ia tertunduk semakin dalam.
*
TBC–
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar