FanFiction Story: Listen to You (Part 2)
Ok Taecyeon POV
“Aku baru saja menyelesaikan kuliah ku hari ini hyung, waeyo?” aku berjalan disepanjang koridor Seoul Univercity sambil bertelepon dengan seorang namja.
“MWO??!” Ia mengucapkan sesuatu yang membuatku hampir terserang penyakit jantung. Seketika itu juga langkahku terhenti. Aku bahkan harus berpegangan pada tembok untuk membuat tubuhku tetap berdiri. “Ba..baiklah, ne. arraseo, aku segera kesana.” Kumasukkan ponsel dalam saku celanaku. Lantas berjalan dengan langkah-langkah panjang.
Pikiranku terlalu gelisah untuk memperhatikan jalan yang kulalui. Tempat parkir terasa sangat jauh sekali saat buru-buru seperti ini. Kenapa pula kampus ini luas sekali, huh? Tidak bisakah dipersempit sedikit? Hei, ada apa denganmu Ok Taecyeon? Kenapa kau malah menyalahkan bangunan ini? Pabo! Aku berdecak kesal, dan melangkahkan kakiku semakin cepat, nyaris seperti berlari.
“Taecyeon-ya, aku sedang dirumah sakit, bisakah kau kemari? Kau tau? Aku menemukan Kyu tergeletak dikamarnya, ia baru saja mengiris pergelangan tangannya lagi...”
Kata-kata Jung Soo hyung beberapa saat lalu tergiang di telingaku. Tanpa sadar aku mengepalkan tanganku erat-erat hingga buku-buku jariku memutih. Ini bukan pertama kalinya namja itu -Cho Kyuhyun- melakukan hal berbahaya. Sebelumnya pernah aku menemukan dia hampir meminum sesuatu yang kutau bisa membuatnya pergi selamanya. Aku juga pernah menemukannya tergeletak dikamar mandi dengan darah yang mengalir dari pergelangannya, dan kali ini ia melakukannya lagi.
Aku menghela napas. Ada apa denganmu, Kyu? Seputus asa itukah dirimu? Kali ini aku berdecak keras dan mengacak rambutku sendiri. Tak peduli dengan pandangan orang-orang yang melihat aneh kearahku. Aku tidak peduli. Aku.. hanya sedang merasa seperti orang yang gagal menjadi seorang sahabat, seorang sahabat yang sangat tidak berguna saat ini.
“SIAL!” aku berdecak lebih keras, saat hujan ternyata telah mengguyur dengan derasnya. Aku berhenti, menimbang-nimbang jika seandainya aku harus melintasi halaman kampus ini agar dapat sampai ke tempat parkir. Yak! Kenapa aku baru sadar halaman ini begitu luas? Dan sekarang aku mulai membenci kenyataan ini.
Aku sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari menerobos hujan, saat mataku tak sengaja menangkap sosok yang kukenal. Alih-alih bergegas menuju tempat parkir, aku malah melangkahkan kakiku menghampirinya, yang berdiri tak jauh dariku, sambil melamun.
“Hyurin-ssi..” aku memanggil namanya karena ia tak juga menyadari diriku yang telah berdiri disebelahnya. Tapi yeoja, teman sekelasku ini, tak menyahut. Atau ia tak mendengar? Ia masih memandang lurus ke depan. entah apa yang sedang dipikirkannya.
“Hyurin-ssi.” Kali ini aku menyentuh lembut pundaknya. Tapi ternyata sentuhanku itu malah membuatnya terlonjak kaget, matanya membulat menatapku. Ia memegangi dadanya. Membuatku sangat menyesal telah mengangetkannya.
“Mi..mianhae, Hyurin-ssi. Kau baik-baik saja?”
Gadis itu menarik napas sebelum menjawab, “Kau hampir membuatku mati berdiri, Taecyeon-ssi.”
“Mianhae, jeongmal..” ucapku benar-benar tulus. Ia menatapku sesaat, lalu menyahut. “Gwenchanayo..”
“Kenapa belum pulang?” tanyaku.
Ia mengangkat bahunya acuh. “Aku lupa bawa payung..” hyurin menghela napas lalu menengadah kearah langit. Aku mengikuti arah pandangannya, keatas. Hujan masih terus jatuh dengan derasnya. Aku beralih menatap Hyurin lagi.
“Mau kuantar?” tawarku padanya. Ditengah kegelisahanku atas keadaan Kyuhyun, aku masih saja mengkhawatirkan yeoja ini, Park Hyurin. Entah mengapa sesuatu dalam diriku tak bisa membiarkannya pulang sendirian. Sekalipun aku sedang buru-buru harus ke rumah sakit secepatnya.
Hyurin menatapku cukup lama, sebelum akhirnya menjawab, “Annio.. tidak usah. Aku bisa pulang sendiri.” Senyuman tipis terpeta di wajahnya.
“Mau menunggu hingga hujan reda?”
“Ne.. kau pulanglah duluan, Taecyeon-ssi.”
“Kau mengusirku?”
“Yak! Kenapa kau bertanya begitu?” ia mendengus dan menggembungkan pipinya, lucu sekali. Dan aku bahkan baru saja menyadari bahwa aku suka sekali melihat perubahan-perubahan ekspresi diwajah cantik itu.
Eh?
Apakah aku baru saja memujinya?
“Aku tidak bermaksud mengusirmu, kau mengerti? Hanya saja, kurasa kau tak perlu berlama-lama disini. Bukankah kau membawa mobil sendiri, Taecyeon-ssi? Orang tuamu pasti cemas jika anaknya tak pulang-pulang sementara saat ini hujan sedang tu-“
Graabb.
Kupegang lengan kecil yeoja manis ini, seketika membuatnya berhenti bicara.
“Wa..waeyo?”
“Pulangah denganku.” ucapku. “Aku tidak akan pulang, sebelum kau mau ku antar.” Kudekatkan wajahku kearahnya, Hyurin membulatkan matanya...gugup? “Ikutlah denganku. ku jamin kau akan sampai rumah dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.” Sekuat tenaga aku menahan tawa, melihat wajah itu tiba-tiba memerah, membuatku semakin gemas. Kutegakkan kembali tubuhku, menjauhkan wajahku darinya.
“Ayo. Aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendiran..”
XXXXX
Park Hyurin POV
“Pulangah denganku.” ucap seorang namja yang kini sedang memegang lembut lengan kiriku. “Aku tidak akan pulang, sebelum kau mau ku antar.” Taecyeon-ssi mendekatkan wajahnya kearahku, membuat jantung ini ingin melompat keluar dari dalam rasanya. Aku meneguk ludah perlahan, wajah tampan ini terlihat berkali-kali lipat lebih tampan dari jarak sedekat ini. Aku benar-benar tidak bisa mengatakan apapun, aku gugup… dan terpesona diwaktu yang bersamaan.
“Ikutlah denganku. ku jamin kau akan sampai rumah dengan selamat tanpa cacat sedikitpun.” Ujarnya, lalu menegakkan kembali tubuhnya yang semula condong kearahku. Membuatku kembali bisa bernapas dengan normal.
“Ayo. Aku tidak bisa membiarkanmu pulang sendiran..” rasanya aku kembali tercekat, seperti ada yang menyengat dalam tubuhku, saat namja ini dengan seenaknya menggenggam telapakku. Dan anehnya, aku tak ingin menepisnya. Aku menikmati setiap jengkal telapaknya yang bertaut dengan telapakku. Hangat, rasanya nyaman. Tanpa sadar, sebuah senyuman tercipta perlahan diwajahku. Hingga saat kusadari, sebuah jaket telah terbentang diatas kepalaku. Aku dan Taecyeon-ssi berjalan ditengah rinai hujan dan diantara genangan air disepanjang jalan.
Diam-diam aku melirik wajah tampan yang begitu dekat disisi kanan wajahku. Dan secara diam-diam pula, aku menarik senyuman semakin lebar.
Entah mengapa, aku merasa bersyukur hujan turun hari ini…
XXXXX
Author POV
Taecyeon berjalan sangat cepat ke dalam sebuah rumah sakit setelah ia memarkir mobilnya. Sebelumnya, ia mengantarkan Hyurin pulang terlebih dulu.
Namja itu membungkuk sekilas dan menggumamkan maaf pada seorang perawat yang baru saja –tak sengaja- ditabraknya. Dan diujung lorong rumah sakit ini, ia melihat seseorang yang tadi menelponnya, berjalan mondar-mandir didepan pintu yang bertuliskan ‘Ruang ICU’.
“Hyung!” Taecyeon mendekat ke arahnya.
“Yaa! Darimana saja kau? Kenapa lama sekali hah? Kau tau aku merasa hampir gila sendirian ditempat ini!” cecar namja itu bertubi-tubi.
“Mianhae hyung.” sahut Taecyeon. “Bagaimana keadaan Kyuhyunie?”
Park Jung Soo, namja yang menelpon Taecyeon tadi menghela napas dan mendudukkan tubuhnya di kursi.
“Molla…” lirihnya. Taecyeon ikut duduk disebelahnya. “Dokter sedang mengobatinya, dan ini sudah hampir satu jam dokter itu belum keluar.” Lanjut Jung Soo, frustasi. “Apa yang sebenarnya mereka lakukan didalam sana, huh?! Yaa! Kurasa aku akan gila sebentar lagi, Taecyeon-ya..” namja itu menunduk dan mengacak rambutnya sendiri.
“Tenanglah hyung. aku tau perasaanmu sekarang tap-“
“Ini bukan hal mudah saat menemukan adik sepupuku bersimbah darah dengan nadi yang hampir putus, kau tau?!” serunya. Taecyeon menepuk punggung Jung Soo, mencoba menyalurkan ketenangan pada namja itu, meski hatinya sendiri sedang ketar-ketir saat ini. Jung Soo memang orang pertama yang paling dekat dengan Kyuhyun, ia sudah menganggap Kyu seperti dongsaeng kandungnya sendiri.
“Aku merasa seperti orang yang tak berguna untuknya!” lanjutnya lirih. “Kau tidak akan tau rasanya..”
Tidak! Kau salah! Aku tau hyung! aku tau! Aku juga merasakan itu! Aku tau rasanya! Batin Taecyeon, menjerit dalam hati. Karena ia tak cukup berani untuk menyuarakannya. Ia takut akan semakin memperburuk perasaan Jung Soo, yang sudah ia anggap seperti hyung kandungnya sendiri.
“Ini sudah hampir tiga tahun, Taecyeon-ya… tiga tahun..” Jung Soo meracau. “Dan dia masih seperti itu…”
Taecyeon menghela napas, menahan perih yang tiba-tiba menyesaki dadanya. Ia sadar memang sudah tiga tahun peristiwa buruk itu terjadi, dan semenjak itu pula Cho Kyuhyun, sahabat sejak kecilnya itu, berubah. Tidak ada lagi senyum bahkan tawa yang diberikannya. Keramahan yang dulu menjadi ciri khasnya pun seakan lenyap tak bersisa, entah kemana.
Ia merindukan Cho Kyuhyun yang dulu. Ia sangat merindukan sahabat kecilnya itu.
Tiba-tiba seorang dokter keluar dari balik pintu yang bertuliskan ‘Ruang ICU’ itu. Jung Soo dan Taecyeon pun segera menghampirinya.
“Ba.. bagaimana keadaannya dokter?” suara Jung Soo bergetar, takut jika ia akan mendapat jawaban yang tak ingin ia dengar.
Dokter itu membuang napas sebelum menjawab, “Ini sudah dua kalinya Kyuhyun melakukan hal ini, benar kan?” dokter menatap kedua namja yang secara bersamaan mengangguk itu. “Dia berhasil kami selamatkan, tapi… jika dia terus melakukan ini, mengiris nadinya sendiri, entahlah… aku tidak bisa menjamin apa-apa.” Ujar sang dokter prihatin.
“Kuharap dia tidak akan melakukan hal ini lagi. Jagalah anak itu baik-baik.” Setelah berkata demikian, dokter menepuk bahu Taecyeon singkat dan akhirnya berlalu dari tempat itu. Meninggalkan dua namja yang diam-diam melantunkan rasa syukur dalam hati masing-masing karena setelah ini masih bisa melihat orang yang mereka sayangi sepenuh hati.
XXXXX
Park Jung Soo POV
Perlahan aku keluar dari ruang rawat Kyuhyun dan menutup pintu. Didalam sana ada Taecyeon, sahabat sejak kecil Kyu, ia bersikeras ingin menjaga Kyu dan tak mau kusuruh pulang ke rumahnya. Padahal aku tau ia pasti lelah karena seharian kuliah. Tapi namja baik hati itu memang keras kepala.
“Arti lelahku ini tidak seberapa jika dibandingkan dengan sakit yang Kyuhyun rasakan hyung. izinkan aku tinggal. aku… ingin menjadi sahabat yang selalu ada disetiap keadaannya.”
Begitulah kata Taecyeon saat kusuruh ia untuk pulang. Membuatku tak punya alasan lagi untuk mengusirnya.
Aku mulai berjalan keluar dari kawasan rumah sakit. Aku tau diseberang jalan sana ada kedai yang menjual makanan enak. Dan aku ingin membelikannya untuk Taecyeon, namja itu pasti belum sempat makan dari tadi siang. Dia pun sudah kuanggap seperti Kyuhyun. Aku sudah cukup lama mengenalnya, sejak ia bersekolah di taman kanak-kanak bersama Kyu.
Kyu…
Pikiranku kembali berujung pada dongsaengku itu. Aku bersyukur Tuhan tidak membiarkannya pergi dariku. Aku sangat menyayanginya sebagai adik. Dulu… dia tidak seperti ini. Tak bersikap ekstrim seperti sekarang.
Cho Kyuhyun yang dulu adalah seorang namja yang penuh warna dalam hidupnya. Mudah sekali membuatnya tertawa apalagi menebar senyuman. Tapi sejak tiga tahun lalu, Cho Kyuhyun yang kukenal dulu menghilang. Seolah mati dan tak pernah kutemui lagi hingga detik ini.
Aku sangat berharap.. bisa bertemu lagi dengan sosoknya yang dulu..
XXXXX
TBC-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar