Jingga
Hai.
Namaku Jingga. Sudah lebih dari setahun aku terus-terusan menunggu.
Duduk di tepi jendela, melihat ayunan yang menggantung sendiri bergoyang
perlahan ditiup angin. Ayunan saja tak pernah bisa diam sendiri, meski
tidak sedang ditunggangi. Ada angin yang selalu menjelaskan kepada
pegangannya bahwa tanpa orang yang mendudukinya, ayunan tetap sejati
untuk berayun.
Kata orang, jingga itu warna senja yang indah. Warna yang tenang,
layak untuk dijadikan sandaran kelelahan sepulang bekerja. Warna yang
layak untuk membuat alasan pulang, tanpa harus tahu kemana rumah untuk
pulang. Warna yang selalu ditebak setelah sore.
Padahal tidak.
Pada
senja di pagi hari, jingga adalah alasan untuk terjaga dan mencecap
karena membuat orang harus beranjak kemudian pergi meninggalkan
rumahnya.
Aku jingga yang kedua.
***
- YOON -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar