FF Special Birthday || ALMIGHTY-KEY DAY
Cast :
Kim KEYbum , Park Min Rin
Lee Jin Ki , Han Yoon Hee
Kim Jong Hyun , Shin Tae Rin
Choi Min Ho , Song Seoyong
Lee Tae Min , Han Yoon Ra
credit-edit-pict by Han Yoon Ra
Gadis itu menatap puas serangkai
kalimat ucapan yang ia torehkan di atas kue berbentuk segiempat tersebut.
Dilihatnya dari berbagai sudut…tidak jelek, untuk ukuran tangan mungil yang
disebut-sebut sebagai ‘perusak’ atau ‘trouble-maker’ bagi orang-orang yang
mengetahui kemampuannya dalam bidang memasak.
생일
축하합니다, 우리 사랑하는
이성 민!!
Kalimat ucapan tersebut ditulis
olehnya dengan menggunakan cream tiramisu
sebagai pelengkap hiasan di atas kuenya. Tidak hanya hiasan berbentuk kalimat
ucapan, tak lupa Park Min Rin –gadis itu –menambah hiasan berbentuk bunga mawar ‘timbul’
di sampingnya. Hmm…bunga buatannya juga terlihat tidak buruk. Usai membuat
bunga mawar terakhir, ia menepuk tangannya sekilas dengan wajah penuh kepuasan.
“Eommonim! Aku sudah selesai
menghiasnya!” serunya riang, membuat seorang wanita paruh baya yang semula
sedang membereskan peralatan yang dipakai untuk membuat kue, membalikkan
badannya dan menghampiri meja makan yang terletak tidak jauh dari dapur,
melihat hasil yang Min Rin kerjakan. Wanita itu tersenyum, tidak kalah puasnya
dari Min Rin.
“Eottokhae? Tidak jelek, juga
tidak bagus. Tapi masih bisa dibaca bukan tulisannya?” tanya sambil tertawa
geli.
“Haha, cantik sekali, Rin-ah. Kibum
pasti suka!”
“Eommonim, gomawo sudah mau
membantuku untuk membuat kue ulang tahun Key Oppa. Mianhae, karena hampir
semua Eommonim yang membuatnya, bukan aku. Aku hanya mengganggu saja,” ucapnya
dengan nada menyesal sembari memain-mainkan ujung apron putih yang
dikenakannya.
“Aigo~ Min Rin-ah, gwaenchana.
Eommonim justru senang bisa memasak lagi bersama calon menantu Eommonim. Lain
kali kita akan memasak bersama lagi, dan pastinya kita akan sering bersama
setelah kau menikah nanti bukan?” goda wanita paruh baya yang merupakan Ibu
dari namjachingu-nya. Calon menantu? Dua kata yang tertangkap ditelinganya beberapa
detik yang lalu sontak membuat wajahnya bersemu merah.
“Eommonim membuatku malu!
Lagipula kami belum tahu kapan tepatnya kami akan menikah. Pernikahan bukanlah
hal yang ingin kami lakukan buru-buru. Mengingat Key oppa juga sangat sibuk
untuk berbagai jadwal ditambah peluncuran single Jepang terbaru SHINee bulan
depan.” Sahut Min Rin gemas seraya memeluk Nyonya Kim.
“Ah, arraseo… Oh iya bagaimana
kabar temanmu itu, Han Yoon Hee?” Nyonya Kim berusaha mengalihkan pembicaraan.
Berharap jika gadis yang masih memeluknya ini tidak lagi bertanya soal ucapan
yang merupakan sebuah rahasia. Rahasia besar.
“Yoon… Aish, dia sedang senang
Eommonim. Ternyata si Dubu Oppa sudah kembali lagi dengan Yoon. Bahkan dia
sudah melamar gadis itu! Tapi tidak akan kubiarkan mereka melangkahi kami
terlebih dahulu!”
“Wah, tidak masalah kalian saling
melangkahi atau tidak. Yang jelas kalian berdua sama-sama akan menghadapi
tahapan selanjutnya untuk bisa bersikap lebih dewasa bukan? Pasti orang tua
kalian sangat bahagia karena kedua anaknya sebentar lagi akan menikah dan
memberikan cucu untuk mereka.” Min Rin tersenyum sembari menopang dagunya
dengan kedua tangannya.
“Kuharap begitu, Eommonim.
Eommonim sendiri…juga merasa senang bukan?”
“Tentu saja. Eommonim sangat
senang karena akhirnya Kibum akan segera menikah denganmu. Kalian berdua harus
memberikan Eommonim dan Abonim juga orangtuamu cucu yang cantik dan tampan,
ya!”
“Eommonim bisa saja!” Min Rin
sekilas melirik jam dinding yang tergantung di hadapannya. Waktu sudah
menunjukan jam 12 siang. “Eommonim! Bagaimana kalau kita pergi ke Cafe
sekarang? Aku akan segera menelepon Oppadeul juga Key Oppa terlebih dahulu.
Eommonim lebih baik siap-siap saja.”
“Baiklah. Eommonim tinggal
sebentar.” Nyonya Kim berjalan cepat menuju kamarnya dan meninggalkan Min Rin
sendirian bersama kue ulang tahun yang mereka buat berdua. Sementara itu, Min
Rin buru-buru memasukkan kuenya kedalam sebuah kardus besar yang telah
dipersiapkan sejak awal.
Setelah persiapan semua selesai, Min
Rin segera mengambil ponsel dari dalam saku cardigan hijaunya, lalu menelepon Jin
Ki. Salah satu namja yang ia harapkan bisa bekerja sama dengannya untuk
menjalankan rencana pesta kejutannya untuk Key.
“Yeobosseyo?” ucap
Jin Ki dari seberang telepon.
“Oppa! Apa Key Oppa masih tidur?”
tanya Min Rin.
“Eoh, dia masih tidur dikamarnya. Kau mau menjalankan rencananya
sekarang?”
“Ne! Kuenya sudah selesai kubuat
dengan Eommonim! Bagaimana dengan Jong Hyun Oppa, Min Ho, dan Tae Min? Sudah
melakukan apa yang kusuruh kemarin?”
“Sepertinya sudah. Ng… Rin-ah, kau yakin Key tidak akan membanting
kami satu persatu setelah apa yang kami perbuat?”
“Semoga saja tidak. Lebih baik
kalian berempat berdoa saja, hanya kalian lah yang bisa kumintai bantuan!”
“Aku kasihan pada Key karena mempunyai calon istri yang begitu
evil sepertimu. Bahkan kau dan Key juga hampir setingkat kadar kecerewetannya!”
Mendengar ucapan kocak dari si Leader membuat gadis itu tertawa puas.
Terkesan sangat berlebihan mengingat rencana yang ia buat bersama keempat namja
tampan tersebut. Tapi semata-mata rencananya adalah sebuah rangkaian ‘acara’
sebelum pesta kejutan ulang tahun namjachingu-nya yang berlangsung di sebuah
cafe.
“Sudahlah, kalau dia marah itu
tanggung jawabku! Aku yang merencanakan semuanya dan kalian hanya mengerjakan
apa yang kusuruh!”
“Ya, ya, ya…terserah kau saja.”
“Baiklah. Aku akan segera menelepon Key Oppa. Dan ingatkan Taemin
untuk bersiap-siap saja dengan Banana Milk ditangannya, kekeke… annyeong!”
Sembari terkekeh, Min Rin memutuskan pembicaraannya dengan Jin Ki, lantas
menekan angka satu yang notabene merupaka speed-dial untuk
Key.
Tak lama kemudian, orang yang diteleponnya mengangkat panggilannya
dengan suara erangan.“Yeoboseyo…”
O, benar apa yang dikatakan Jin Ki. Key masih tidur di kamarnya, dan
baru bangun–meskipun terpaksa–saat Min Rin meneleponnya. Min Rin sendiripun
merasa tidak enak karena mengganggu istirahat Key, namja itu hanya bisa tidur
beberapa jam saja berhubung jadwal kerjanya yang padat dan baru saja ke negara
Indonesia untuk mengadakan konser bersama para artis SM di sana. Tapi mau
bagaimana lagi, gadis itu ingin rencananya berhasil dan memberikan kejutan
manis untuk Key dihari ulang tahunnya yang ke-22.
“Oppa! Kau harus ke Cafe sekarang
juga! Ada yang ingin kubicarakan denganmu!”
“Mworago? Nanti sore saja, Rin-ah… aku masih mengantuk…”
“Oppa!! Harus sekarang! Aku tidak
mau tahu! Kutunggu kau setengah jam lagi!”
“Chagi-ya… jebal, jangan sekarang…”
“Kalau kau ingin selamat dariku,
kau harus ke Cafe sekarang juga! Ppaliwa, Kim Kibum!!”
“Arraseo!! Errr…aish jinjja…”
“Kutunggu kau disana!” Usai
mematikan ponselnya, Min Rin langsung tertawa terbahak-bahak sendirian diruang
makan. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagimana raut wajah seorang ‘Almighty
Key’ saat mendapat bentakan darinya, bukan ucapan selamat ulang tahun yang
harusnya sudah ia katakan sejak waktu menunjukkan pergantian hari. Ya, semenjak
tadi malam Min Rin sama sekali belum mengucapkan selamat ulang tahun pada Key.
Ia yakin kalau namjachingu-nya sedang menunggu ucapan darinya sampai saat ini.
“Chagi, kenapa kau tertawa
sendirian?” suara lembut Nyonya Kim menghentikan tawanya yang meledak-ledak.
“Tidak ada apa-apa, Eommonim.
Kita berangkat sekarang?”
“Ne, kajja.”
*
Key’s Side
At the same time…
SHINee’s Dorm
Kulempar ponsel secara asal lalu
kembali membenamkan kepalaku di atas bantal. Bagaimana tidak kesal, bukannya
mendapat ucapan selamat ulang tahun darinya, malah bentakkan dan ancaman yang
kudapat. Gadis itu benar-benar…arrgh!! Saking kesalnya, aku langsung
menendang-nendang kasur yang kutiduri dengan kasar.
Kau tahu, sejak tadi malam usai konser
SMTOWN in Indonesia dan pulang ke Korea, aku sama sekali tidak menikmati pesta
kecil untuk merayakan hari ulang tahunku. Disaat memberdeul mulai
bersenang-senang dan bergurau untuk memeriahkan pesta kecil yang mereka buat
untukku, hanya ku tanggapi dengan senyum tipis yang hanya bertahan selama
beberapa detik. Setelah itu, mataku kembali tertuju pada layar ponsel,
memandang wajah bahagia gadis itu yang telah menjadi wallpaper ponselku selama
beberapa minggu.
Aku menunggu ucapan darinya.
Aku terus menunggu mulai dari jam
12 tepat sampai aku tiba di dorm pagi-pagi tadi. Tapi apa yang kudapat? Nihil.
Aku tidak mendapat telepon darinya, pesan masuk saja tidak. Aku berharap bahwa
aku telah melewatkan namanya di kotak masuk pesanku karena tenggelam bersama
berpuluh-puluh pesan masuk yang berasal keluarga, sahabat, atau rekan kerjaku.
Namun, berkali-kali kugeser layar ponselku tetap saja nama ‘Park Min Rin’ tidak
ada di dalam kotak masuk.
Gadis itu sama sekali tidak
memberikan ucapan selamat ulang tahun padaku. Kesal? Kecewa? Tentu saja! Tiga
kata sederhana yang paling kutunggu akan diucapkan oleh orang yang paling
berharga dan paling kusayang selain keluarga ternyata sama sekali tidak
kudapatkan.
Apa dia ingin mengujiku? Oke,
terserah dia saja. Aku sudah lelah. Mungkin aku memang terkesan seperti anak
kecil, meributkan hal sepele. Tapi tetap saja aku merasa kecewa karena dia—Min
Rin—sama sekali tidak ingat dengan ulang tahunku.
Daripada marah-marah dan
membuatku melempar barang apapun untuk meluapkan kemarahan, lebih baik hari
ini, hari ulang tahunku, kulewati dengan tidur sepanjang hari saja. Siapa tahu
dengan tidur bisa merilekskan badan juga hatiku, lalu segera melupakan
semuanya.
Tapi rencanaku gagal. Setelah
mendapat telepon bentakkan darinya. Menyuruhku untuk segera datang ke coffee shop
baru yang dikelola oleh Ibunya. Oh, ayolah! Bisakah dia membiarkanku melewati
hari ini dengan tenang tanpa ada gangguan dari sikap childish-nya?
Dia sudah membuat emosiku naik
hingga ke ubun-ubun, dan sekarang lagi-lagi dia menaikkan emosiku. Jangan
sampai aku marah-marah dihadapannya karena sudah tidak bisa menahan kemarahanku
lagi.
Baiklah. Kuturuti kemauannya
sekarang. Entah apa yang ingin ia bicarakan, aku tidak peduli. Yang jelas
setelah dia selesai bicara, lebih baik aku pulang dan kembali istirahat. Dengan
kepala yang masih terasa sakit akibat kurang tidur, aku turun dari tempat tidur
lalu berjalan gontai menuju kamar mandi. Berharap jika aku akan terlihat lebih
segar dan lebih baik setelah mandi.
*
Mataku melebar saat melihat angka
yang ditunjukkan oleh jarum panjang dan pendek di jam dinding kamarku. Aku
telat lima menit. Pasti Min Rin sudah menggerutu tidak jelas karena
keterlambatanku. Ya, seperti itulah dia. Min Rin memang tipe gadis yang tidak
suka menunggu, tapi suka membuat semua orang menunggu karena kebiasaan
buruknya. Jam karet. -_-
Buru-buru kuambil kunci mobil
juga ponsel yang tergeletak bebas diatas kasurku yang belum sempat kubereskan.
Sudahlah, nanti saja kubereskan. Kukunci kamarku lantas berjalan cepat menuju
pintu dorm. Aku terus mempercepat ritme langkahku tanpa melihat kedepan. Mataku
tetap tertuju pada layar ponselku, mengetik sebuah pesan untuk Min Rin tentang
keterlambatanku. Semoga dia mengerti, tapi kupikir dia pasti tidak akan
menerima alasanku dan marah-mar…
BRUK!
Byuuuuuur!
Langkahku terhenti seketika. Aku
menatap nanar ponsel milikku yang sudah…tersiram Banana Milk milik namja yang
sekarang sudah ada di hadapanku. Ulang sekali lagi, BANANA MILK! Aish! Jinjja… kenapa
jadi begini? Ponselku basah dan lengket. -___-
“Aigo! Hyung! Mianhae, aku tidak
sengaja…” Namja itu mengeluarkan senyum konyolnya sembari mengambil ponselku
dan memeriksa apakah ponselku masih digunakan atau tidak. Tenanglah, Kim Kibum.
Kesabaranmu hari ini sedang diuji.
Kurebut kembali ponselku yang
semula ada ditangannya lalu kubersihkan dengan saputanganku pelan-pelan. “Sudahlah!
Tidak apa-apa, kau tidak sengaja ‘kan?”
“Aah, Hyung! Aku benar-benar
merasa bersalah padamu! Masih bisa digunakan bukan?” Kutekan salah satu tombol
di ponsel untuk memeriksanya. Syukurlah masih bisa digunakan meskipun… lengket.
“Masih. Tenang saja.”
“Hyung, mianhae…”
“Ne, gwaenchana.” Ucapku seraya
menggeser badan agar aku bisa melewatinya yang masih berdiri di hadapanku
dengan wajah menyesal. Bukannya mempersilahkanku agar bisa pergi dari
hadapnnya, Taemin malah kembali menghadangku dan lagi-lagi… meminta maaf
padaku.
“Hyung…mianhae…jangan marah…”
“Aku tidak marah, Taemin-ah!”
Sahutku dengan nada –sedikit –kesal.
“Tapi Hyung kelihatan marah.
Mianhae…”
“Ya! Kalau sekali lagi kau minta
maaf padaku, akan kusiram kau dengan susu pisang-mu itu! Cepat minggir! Aku mau
pergi!” Buru-buru ia menggeser badannya, memberikan ruang jalan untukku. Dengan
gerutuan kesal tidak jelas yang keluar dari mulutku, kulewati dia dan berjalan
menuju rak sepatu untuk mencari sepatu kets putih kesayanganku.
Kubuka rak sepatu dan sialnya…aku
tidak melihat sepatuku tersimpan rapi di dalamnya. Kenapa tidak ada? Aku yakin
aku sudah menaruhnya dengan rapi kemarin di sini. Yang ada hanya spasi kosong
yang bisa memuat sepasang sepatu untuk ditaruh, yang notabene adalah tempat
dimana kemarin aku menaruh sepatuku. Kemana sepatuku? Tidak mungkin sepatuku
bisa keluar sendiri dari rak. Pasti ada seseorang yang menyembunyikan sepatuku.
“Oh, Key… ada apa?” tiba-tiba
sosok Jin Ki sudah berada di belakangku sambil menatap bingung ke arahku.
“Kau terlihat sedang mencari
sepatu, Hyung.” Kutolehkan kepalaku kearah sumber suara. Ternyata ada Min Ho
juga. Entah ada angin apa, sekarang ia ada disini. Bukannya di lokasi syutting
dramanya. “Tentu saja aku mencari sepatu, kau pikir aku sedang mencari apa
disini? Mencarimu?”
“Astaga~ tidak perlu marah-marah
seperti itu, Hyung! Kau tidak jauh beda dengan gadis-gadis yang sedang
mengalami PMS.”
“Terserah apa katamu saja. Apa
kau tahu dimana sepatuku? Kemarin aku menaruhnya disini!” Kutunjuk spasi kosong
tersebut, tempat semula kutaruh sepatu-entah-ada-dimana-sekarang itu. Min Ho
diam, begitu juga dengan Jin Ki yang hanya menanggapi pertanyaanku dengan
menaikkan kedua bahu sekilas juga wajah aku-tidak-tahu-dan-tidak-peduli-dengan-sepatumu.
“Molla. Mana kutahu. Kau tahu
sendiri aku juga jarang berada di dorm akhir-akhir ini Hyung.”
“Ya, siapa tahu saja kau iseng
main kesini lalu melihat sepatuku.” Jawabku sembari bangkit berdiri.
“Pertanyaanmu itu seakan
menuduhku. Apa wajahku terlihat seperti seorang pencuri?”
Aku mengerling kesal pada
namja-sok-polos ini. “Ya! Aku tidak menuduhmu! Aku hanya bertanya!”
“Hyung, kau ini kenapa
marah-marah hah? Tenanglah! Tidak enak dilihat!”
“Karena kau aku jadi ingin
marah-marah, Choi Min Ho!”
“Aish, lebih baik kau pakai
sepatu yang lain saja! Memangnya sepatumu hanya itu saja? Tapi ya… kalau kau
bersikeras untuk tetap memakainya, selamat mencari!” Arrgh! Rasanya aku
benar-benar ingin menimpuknya dengan sepatu yang ada di rak sepatu ini. Tapi
sayangnya dia sudah kabur duluan ke dalam bersama Jin Ki. Cih! Menyebalkan!
Lagi-lagi kesabaranku diuji.
Ya, hari ini aku benar-benar
sedang diuji oleh tiga orang. Pertama, pacarku sendiri, Park Min Rin. Kedua, si
adik-paling-manis dengan susu pisangnya, Lee Taemin. Dan ketiga, si kodok sok
polos, Choi Min Ho. Jin Ki hyung bahkan tak menolong sama sekali! Nanti siapa
lagi hah?
Aku benar-benar merasa aku adalah
orang paling sial dan menyedihkan hari ini, di hari ulang tahunku.
*
Author’s Side
“Key… sudah berangkat?” tanya Jin
Ki pada namja yang baru muncul dari depan, tersenyum puas sembari mengangkat
salah satu ibu jarinya. Jin Ki tertawa dengan memamerkan eyes-smile-nya.
“Hyung, kau harus lihat wajahnya
tadi. Dia benar-benar kesal,” Min Ho tidak bisa menghentikan tawanya ketika
mengingat raut wajah Key yang benar-benar tidak mengenakkan.
“Rencana Min Rin benar-benar
daebak. Kapan lagi kita bisa membuat Key hyung emosi dan marah-marah seperti
itu bukan?” Celetuk Taemin seraya meneguk banana milk-nya yang tinggal setengah
setelah dipakai untuk ‘menyiram’ ponsel Key.
“Kau yakin kita tidak akan
mendapat masalah dari Key Hyung?”
“Semua tanggung jawab Min Rin,
dia dalang dari semuanya. Kita hanya melakukan apa yang dia suruh!” ujar Jin
Ki.
“Annyeong!” seorang namja lain,
muncul dari balik pintu masuk dorm.
“Jong Hyun-ah.. bagaimana tugasmu? Sudah kau
kerjakan?” Tanya Jin Ki.
“Tentu saja sudah. Aku sudah
membocorkan bannya, bahkan empat-empatnya sudah kubocorkan. Aku pintar sekali
bukan?” Jin Ki, Min Ho, dan Taemin tercengang saat mendengar Jong Hyun dengan
bangganya berkata kalau dia telah membocorkan keempat ban mobil Key.
BLETAK!
“Ya! Kenapa kalian senang sekali
menjitak kepalaku?”
“Tidak usah empat-empatnya, babo!
Satu saja sudah cukup!” Sahut Min Ho kesal. Min Ho tidak habis pikir apa yang
ada di pikiran Jong Hyun hingga namja itu repot-repot membocorkan keempat ban
sementara hanya dengan membocorkan satu ban saja rencana sudah berjalan dengan
lancar.
“Lebih seru jika keempat bannya
dibocorkan semua!” Tukas Jong Hyun, memberikan pembelaan pada dirinya sendiri.
“Bisa-bisanya Tae Rin mau menikah
dengan namja sinting macam Kim Jong Hyun ini!” Sindir Min Ho sembari
mengalihkan pandangannya ke arah lain.
“Justru dia bersyukur akan bisa
menikah dengan namja tertampan di SHINee seperti aku!” Serunya dengan
-lagi-lagi -membanggakan diri.
“Aish! Buang-buang tenaga saja kalian
ini! Lebih baik sekarang kita segera pergi ke cafe sebelum Key sampai di sana
terlebih dulu!” usul Jin Ki.
“Aku tidak mau pergi bersama namja
jelek macam Min Ho! Lebih baik aku pergi bersama Tae Rin saja!”
“YA!! KIM JONG HYUN!!”
*
Key’s Side
IGE MWOYA!?
Apa-apaan ini? Aku menatap nanar
mobilku yang terparkir rapi di lantai basement gedung apartemen dorm ini. Aku
masih bisa terima dan berpikir realistis kalau salah satu banku mengalami
kebocoran. Tapi ini…
EMPAT??
Empat-empatnya bocor? Aku yakin
kemarin saat aku mengendarainya aku tidak melindas satu paku-pun. Dan orang
bodohpun masih bisa berpikir kalau keempat ban mobilku ini sengaja ada yang
membocorkan disaat aku tidak tahu. Ada ORANG SINTING yang sudah membocorkan ban
mobilku, empat-empatnya, tidak tanggung-tanggung.
Kenapa hari ini semua orang
benar-benar mengesalkan hah? Dan kenapa aku mendapatkan kesialan beruntun?
Merasa tidak bisa menahan emosiku lagi, kutendang dengan kasar salah satu ban
mobil depanku hingga membuat kaki kananku mendapat kesakitan yang luar biasa.
Argh! Babo kau, Kim Kibum! Sudah tahu ban mobil itu keras, masih saja kau
tendang!
“Appo…” Ringisku sembari memegang
kaki kananku yang kupastikan tengah memerah sekarang.
Ddrrrt…ddrtt…
Ponsel yang kutaruh di mantel
coklat tebalku bergetar hebat. Pasti dari Min Rin. Benar ‘kan? Namanya tengah
terpampang di layar ponselku yang berkedap-kedip. Kutimbang sebentar, memilih
untuk menjawab teleponnya atau tidak. Kalau kujawab, Min Rin pasti akan
berteriak kencang melebih suara sound system milik SM Entertainment dan akan
membuat gendang telingaku rusak. Tapi kalau tidak kujawab, aku pasti akan mati
ditangannya nanti saat aku menemuinya di cafe.
Kuhela napas panjang. Terimalah
nasibmu, Key.
Sembari berjalan menuju keluar
gedung, aku menerima panggilan darinya.
“Yeo-yeoboseyo?” Jawabku dengan
gugup.
“OPPA!! EODDIGA?? KAU TELAT SETENGAH JAM! KAU MAU MEMBUATKU MATI
BOSAN, HAH!?” Buru-buru
kujauhkan ponsel dari telinga sebelum telingaku menjadi tuli permanen.
“Tunggu sebentar! Kau tidak tahu
apa yang kualami hari ini! Keempat banku…”
“Aku tidak mau tahu, Oppa! Pokoknya kau harus ke cafe sekarang
juga!”
TUT TUT TUT!
Mwoyaaaaaaaa? Min Rin memutuskan
telepon secara tiba-tiba. Kuremas rambutku frustasi, kepalaku sakit memikirkan
apa yang kualami sekarang. Kenapa aku menyedihkan sekali di hari ulang tahunku
hari ini? Ya Tuhan, maafkan aku kalau sewaktu-waktu aku tidak bisa menahan
kemarahanku lagi dan akan meluapkan semuanya tanpa kenal tempat, waktu, dan
orang yang berada di hadapanku. -_-
Ku hentikan taksi yang lewat di
depanku lantas segera masuk kedalamnya. “Ahjussi, antarkan aku segera ke alamat
ini!”
*
Park Min Rin’s Side
Usai memutuskan secara tiba-tiba
teleponku dengan Key Oppa, aku langsung tertawa terbahak-bahak, hingga Han Yoon
Hee, Shin Tae Rin, Song Seoyong Eonnie, dan Han Yoon Ra bahkan Eommonim
memandangku heran karena ledakan tawaku yang tidak bisa berhenti sampai-sampai
aku memukul meja berkali-kali saking gelinya.
“Min Rin-ah! Kau ini gila atau
kerasukan sih?” Tanya Yoon Hee.
“Aigo~ aku benar-benar tidak bisa
menahan tawaku, Yoon. Sepertinya aku berhasil membuat Key Oppa kesal di hari
ulang tahunnya!” Seruku seraya mengusap air mata yang keluar dari kedua mataku.
“Jangan sampai kau tertawa saat
melakukan aktingmu nanti di depannya, bisa-bisa kau menghancurkan rencanamu
sendiri!”
“Arraseoooooooooooo… Tenang saja,
Yoon!”
KLING!
Aku segera menoleh ke arah pintu
masuk café ketika bunyi belnya berdenting.
Tiga orang namja yang kemarin
kumintai bantuan untuk menjalani peran penting di dalam rencanaku ini akhirnya
datang juga bersama Onew Oppa. “Oppa, Key Oppa tidak tahu ‘kan kalau kalian berempat
sudah pergi ke sini?”
“Tenang saja. Namjachingu-mu itu
masih kewalahan mencari taksi kosong, haha…” jawab Jin Ki.
“Kita harus bersiap-siap sebelum Key
Oppa datang! Lebih baik kalian bersembunyi!”
Semuanya segera pergi kebelakang
dan mencari tempat persembunyian agar tidak ketahuan oleh Key Oppa. Aku
sendiripun juga bersiap-siap memasang wajah kesal seakan-akan aku benar-benar
emosi, tidak kalah kesal dengannya. Tak lama kemudian, sebuah taksi berhenti
tepat di depan cafe. Namja itu datang dengan wajah… kesal juga pusing
-sepertinya. Ahahaha, kubuat kau makin kesal, Kim Keybum.
*
Key’s Side
“Ghamsahamnida, Ahjussi!” Usai
membayar tarif sesuai dengan jarak perjalanan, aku segera keluar dari dalam
mobil lalu berjalan masuk kedalam Kona Beans dengan wajah…kesal. Bagaimana
tidak? Kesialan beruntun yang kualami membuat mood-ku makin rusak dan entah
kapan aku bisa marah-marah karena sudah tidak tahan.
Saat kubuka pintu masuk cafe,
tidak ada satupun pengunjung yang sedang menikmati menu yang disuguhkan di
sini. Yang ada hanyalah gadis yang sudah duduk manis di meja paling dekat
jendela dengan wajah…kusut.
Kutarik kursi yang ada di
hadapannya, lalu kuhempaskan badanku diatasnya. Min Rin –gadis itu–membuang
mukanya dariku dan menatap jendela keluar, mengetuk-ngetukkan kelima jarinya
dengan ritme teratur. “Min Rin-ah…” Panggilku pelan dengan penuh sabar.
Dia masih tetap tidak mau
menengok, masih tetap keras kepala. Err, sabarlah Key. Bukankah memang harus
butuh kesabaran ekstra menghadapi gadis ‘ajaib’ macam yeojachingu-mu ini ‘kan?
Kucoba menyentuh tangan mungilnya, tapi dengan cepat dia menarik tangannya. Dia
ini kenapa sih?
“Kau marah karena aku telat? Aku
minta maaf!” Kukatakan secara langsung padanya tanpa basa-basi. Ah, baguslah Min
Rin mulai memutar kepalanya lalu melihatku, meskipun dengan tatapan… mengerikan.
“Ya! Kau sudah membuatku hampir
mati bosan dan jamuran, tapi kau hanya bilang ‘minta maaf’? Kau ini kemana saja
hah!?”
Mworago? Dia ini kenapa sih?
Sedang PMS? Demi Tuhan, semarah apapun dia karena keterlambatanku, dia tidak
akan semarah ini dan lama-kelamaan dia akan kembali seperti semula. Tapi
sekarang? Jangan-jangan dia sudah salah makan.
“Kau ini kenapa sih? Tidak
biasanya kau marah-marah seperti ini!”
“Memangnya kenapa? Siapa yang tidak
marah kalau namjachingu-nya telat hampir satu jam!”
“Ya! Park Min Rin! Jangan
membentakku! Kau tidak tahu apa yang kualami bukan? Pertama, kau mengancamku
dan menyuruhku untuk segera datang ke cafe. Kedua, Taemin tidak sengaja
menyiram ponselku dengan banana milk-nya. Ketiga, aku kehilangan sepatuku.
Keempat, ban mobilku bocor karena ulah orang-sinting-kurang-kerjaan. Dan
terakhir, kau marah-marah padaku dan membentakku! Arrgh! Aku bisa gila!”
“Itu namanya kau sedang sial di
hari ulang tahunmu!”
“Dan karena kesialan itu, aku
kesal, marah, dan apapun itu yang bisa membuat emosiku naik turun! Kalau kau
hanya mau membuatku makin kesal lebih baik aku pulang saja!” Aku bangkit dari
dudukku dengan cepat lalu pergi meninggalkan cafe secepatnya. Mianhae, kalau
aku malah meninggalkanmu, Min Rin. Tapi saat ini suasana hatiku benar-benar… buruk.
“Oppa!!”
Aku tetap berjalan keluar cafe
tanpa menggubris teriakkannya yang memanggil namaku. Dan sampai diluar coffee
shop tersebut, tiba-tiba lenganku ditarik olehnya lalu dipeluknya dengan erat.
Menahanku agar tidak pergi dan meninggalkannya. “Oppa! Jangan pergi!”
“Wae? Kau mau marah-marah lagi
padaku? Marah-marahmu belum selesai?” Tantangku dengan tatapan sinis.
“Bu-bukan begitu. Ayo masuk
lagi!”
“Sudah kubilang, kalau memang kau
mau membuatku makin emosi, lebih baik aku pulang. Jangan sampai aku
membentakmu, Rin-ah.”
“Oppa… ayolah, kita masuk lagi
kedalam… jebal…” Aku melengos sebal. Lagi-lagi memasang puppy-eyes. Aku paling
sebal kalau dia sudah memasang puppy-eyes-nya, kalau begitu sejak awal tidak
akan kubiarkan dia dekat-dekat dengan Jong Hyun.
“Arraseo! Tapi kalau lagi-lagi
marah, aku akan pulang!”
“Baiklah. Kajja!” Dia menarik
tanganku dan menyuruhku untuk cepat-cepat masuk kedalam. Sedangkan aku sendiri,
berjalan malas dan ogah-ogahan. Lama kelamaan aku semakin menduga kalau gadis
ini memang salah makan. Tadi tatapan matanya sengit, menyeramkan, seperti ingin
memakanku hidup-hidup. Tapi sekarang? Berbinar-binar, seperti merasakan suatu
kepuasan setelah…membentakku. -_-
Begitu ia membukakan pintu cafe
untukku. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara… terompet ulang tahun?
“SAENGIL CHUKKAE!!”
Dengan tampang konyol, aku masih
tetap mematung diambang pintu dan menatap heran orang-orang yang ada dihadapanku
dengan wajah riang. Termasuk, Min Rin. Gadis itu memelukku.
“Saengil chukkae, Oppa! Aaa,
mianhae aku membuatmu kesal! Aku tidak mengucapkan selamat ulang tahun sejak
tadi malam dan sekarang aku membuatmu marah. Mianhae, Oppa!”
“Kau… aigo! Demi Tuhan kau
benar-benar membuatku kesal!” Kuacak-acak rambut ikalnya. Ternyata itu hanya
akting saja ya? Sial. Dia sukses membuatku kesal di hari ulang tahunku! -_-
“Saengil Chukkae, Kibum-ah!”
Beberapa saat kemudian, Eomma keluar dari kerumunan orang-orang terdekatku
dengan birthday cake besar berhias angka dua dan tujuh di tangannya. Semua
orang mulai mengerubungiku lalu menyanyikan lagu selamat ulang tahun untukku.
“Saengil chukkae hamnida, saengil chukkae hamnida, saranghaneun
uri Key, saengil chukkae hamnida…”
“Oppa! Ditiup lilinnya!”
Kutarik napas dalam-dalam lalu
meniup lilin berbentuk angka dua dan tujuh tersebut hingga padam diiringi
dengan riuh tepuk tangan dari semua orang. Memberdeul, Yoon Hee, Tae Rin,
Seoyong, dan Yoon Ra –yang hadir di pesta kejutan ini –mengucapkan selamat
ulang tahun padaku secara bergantian.
“Saengil chukkae, Key-ssi!”
“Happy birthday, Oppa!”
“Saengil chukkae, Hyung! Mianhae
tadi aku menyembunyikan sepatumu, hehe…” Mataku membelalak lebar saat Min Ho
berkata bahwa dialah yang menyembunyikan sepatuku. Kurang ajar! -_-
“Ah, aku juga sebenarnya yang
menjadi tangan kanan Min Rin.” Aku Jin Ki.
“Aku juga minta maaf, Hyung! Tadi
sebenarnya aku sengaja menumpahkan banana milku-ku yang berharga ke ponselmu!”
“Aku juga! Aku telah membocorkan
keempat ban mobilmu, tadinya aku hanya ingin membocorkan satu tapi kupikir
tidak seru kalau hanya satu, jadi ya…kubocorkan semua!”
O, jadi namja bernama Kim Jong Hyun
ini, orang sinting yang telah membocorkan keempat ban mobilku. Dasar setan
sialan! Onew Hyung, Min Ho dan Taemin juga… mereka semua… arrgh!! Jadi mereka
yang membuatku jadi orang menyedihkan di hari ulang tahunku sendiri?
“Kalian berempat! Jadi kalian
pelakunya!?”
“Hyung! Ini bukan sepenuhnya
salah kami! Semuanya didalangi oleh yeojachingu-mu sendiri!!” Ketiga orang itu
menunjukkan tangannya kearah gadis yang sekarang menyengir lebar sembari
mengangkat dua jarinya. Kupandangi dia dengan tatapan
aku-ingin-memakanmu-hidup-hidup.
“Oppa, mianhae hehe… kalau tidak
seperti ini, rencanaku akan gagal!” Belum sempat kujitak kepalanya, gadis itu
sudah kabur duluan kebelakang.
“YA! PARK MIN RIN!!”
*
“Oppa…kau masih marah padaku?”
Aku sama sekali tidak
menggubrisnya. Aku tetap terpaku kearah jalanan kota yang ramai dengan para
pejalan kaki. Usai mengantar Eomma terlebih dahulu kerumah, sekarang giliran
yeoja yang ada disampingku ini yang akan kuantar pulang, tentu saja dengan
mobil miliknya. Bukan milikku. Kalian tahu sendiri ‘kan kalau ban mobilku
dibocorkan oleh si dino itu?
Sebenarnya…aku sudah tidak marah
padanya. Tapi untuk kali ini, entah kenapa hatiku tertarik untuk menjahilinya.
Balas dendam mungkin lebih tepatnya, kekeke…pembalasan karena sudah membuatku
menganggap diri sendiri sebagai orang tersial dan menyedihkan di hari ulang
tahun. Kulirik sekilas kearahnya, lihat saja sekarang. Wajahnya benar-benar
masam dan menunjukkan rasa menyesalnya. Benar-benar… menggemaskan.
“Oppa…mianhae…” Gumamnya.
Kuhentikan mobil tepat di depan
taman kecil yang tidak jauh dari rumahnya. Kutolehkan kepalaku kearahnya,
menatapnya sinis -dan tentu saja tatapan sinisku hanya akting saja. Gadis itu
masih saja menatapku dengan raut wajah menyesal. Sepertinya Min Rin benar-benar
menyesal ya membuatku marah karena rencananya. Untung saja aku bisa menahan
tawa, kalau tidak mungkin gadis ini akan sadar kalau aku tengah mengerjainya.
“Menurutmu? Aku marah atau
tidak?”
“Marah.”
“Kau tahu sendiri bukan? Lagipula
siapa yang tidak marah saat tahu bahwa yeojachingu-nya sendiri yang menjadi
dalang kesialan namja-nya?”
“Oppa… aku minta maaf…coke, aku
akan memenuhi apapun yang kau minta asalkan kau mau memaafkanku!” Ujarnya.
“Benarkah?” Tanyaku untuk
memastikan.
“Hm!”
“Kau yakin?” Seringaian
evil-smirk terpeta di wajahku.
“Ya-yakin, tapi kau jangan
meminta yang tidak-tidak!”
“Baiklah…tutup matamu!” Suruhku.
“Mwo? Untuk apa?” Tanyanya
takut-takut.
“Kau bilang kau mau memenuhi apa
saja permintaanku, dan permintaanku adalah kau harus tutup matamu.” Min Rin
mulai ragu-ragu apakah dia harus menutup matanya atau tidak. Kurasa dia takut
tiba-tiba aku akan melakukan yang tidak-tidak nanti.
Sesuai dengan permintaanku, dia
menutup matanya dengan terpaksa meskipun sesekali dia tertangkap basah olehku
sedang mencoba membuka matanya sebentar. “Jangan coba-coba membuka matamu,
Nona!”
“Aish! Arraseo!” Gerutunya kesal.
Ia kembali menutup matanya. Kali ini lebih rapat. Tahanlah tawamu sebentar, Key!
Kalau tidak, rencanamu akan gagal! Kubuka seat-belt yang melekat di tubuhku
lalu kuputar badanku menghadapnya. Dicondongkan tubuhku mendekat pada Min Rin
dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Ahahaha, sepertinya dia sudah mulai merasa
kalau aku akan menciumnya.
Dengan santainya aku berkata di
depan wajahnya dengan volume kecil, “Kena kau, Park Min Rin…”
Gadis itu sontak membelalak lebar
lalu menatapku geram. Sementara aku sendiri langsung tertawa terbahak-bahak
sampai perutku kesakitan. Aku tidak henti-hentinya tertawa sampai-sampai aku
memukul-mukul kemudi setir saking gelinya. Ahahaha, aku tidak menyangka
mengerjainya bisa membuatku jadi sesenang ini. Gadis ini memang ‘korban’ yang
paling tepat untuk kukerjai, hahaha…
“Oppa!! Kau jahat! Kupikir kau
akan… kau akan…” Min Rin terbata-bata, tidak bisa mengatakannya dengan jelas
saking malunya. Ditambah lagi dengan wajahnya yang memerah sekarang. Ya, Tuhan
betapa lucunya wajah Min Rin saat ini.
“Kau pikir apa? Apa? Menciummu?
Huahaha…” Astaga~ aku bisa mati lemas karena tidak bisa berhenti tertawa.
Saat aku masih tenggelam dalam
tawaku, tiba-tiba ia mencubit lenganku bahkan ingin menjambak rambut. “Aigo!
Jangan jambak rambutku! Andwae! Andwae! Aku minta maaf!!”
“Oppa, kau jahat sekali! Kau mau
membalasku ya?” Rengeknya.
“Tentu saja. Kita berdua impas
bukan?”
“Aish! Terserah kau saja!”
“Oiya! Mana kadomu?”
Kutengadahkan tanganku, meminta kado yang belum ia kasih tadi siang. Min Rin
mengambil tas selempang yang sengaja ia taruh dibelakang lalu merogoh dalamnya.
Sebuah kotak berukuran sedang yang dilapisi dengan kertas kado berwarna biru
tosca dengan pita putih sebagai penghias menyembul dari dalam tas miliknya.
“Ini kadomu, Oppa. Aku bingung
harus memberimu apa, jadi ya… kupilih ini saja.” Katanya sembari mengusap-usap
tengkuk lehernya.
“Ng…sebenarnya kau tidak perlu
memberiku kado, Chagi-ya. Tadi aku hanya bercanda,”
“Oppa, kau selalu memberikan
hadiah padaku. Tapi aku sendiri jarang sekali menyiapkan hadiah untukmu, tahun
lalu saat kau ulang tahun ke-21 aku belum memberikan hadiah untukmu bukan?
Pacar macam apa aku?” Kuraih puncak kepalanya lalu kuusap dengan lembut.
“Aku bukan anak kecil lagi yang
selalu diberi hadiah, umurku sudah 22 tahun sekarang. Tidak perlu memberiku
hadiah, aku sendiri sudah mendapat hadiah terbaik selama dua tahun ini. Bahkan
setiap hari,”
“Mwo? Hadiah apa itu?”
“Kau.”
Pipinya bersemu merah. Aku
tertawa kecil lalu kembali mengusap puncak kepalanya dengan lembut. Ya, dialah
hadiah terbaik yang selama ini kudapatkan dan selalu kujaga sampai kapanpun.
Hadiah yang kuharapkan tidak akan pernah hilang dan terus ada bersamaku. Min
Rin-lah hadiahku.
“Hm… gomawo atas hadiahnya.”
Kataku sembari membuka kertas kado yang melapisi kotak berukuran tidak besar
juga tidak kecil itu. O, dia memberikanku sebuah headphone baru. “Kau suka,
Oppa?”
“Apapun yang kau beri, aku pasti
menyukainya,”
“Kau tahu, Oppa. Aku juga membeli
model yang sama, kekeke…”
“Oh, jadi kau mau mempunyai
headphone yang sama denganku?”
“Tidak juga. Tadinya aku mau
membelinya untuk diriku sendiri, tapi akhirnya aku membeli dua, jadinya sama
denganmu, haha!” Senyumku memudar seketika. Gadis ini…aish, jinja…
“Aish kau ini…benar-benar
membuatku gemas!” Dengan cepat kucubit kedua pipinya hingga membuatnya
kesakitan dan mencoba untuk melepas cubitanku. “Oppa! Sakit!”
“Terima kasih atas semuanya…”
Bisikku di telinganya. Min Rin hanya mengangguk pelan lalu mengeluarkan
senyuman terbaik yang paling kusuka dan selalu ingin kulihat. Melihat
senyumnya, tidak dapat kupungkiri kalau diriku sendiri juga ingin mengeluarkan
senyum terbaikku untuknya. Kurengkuh wajahnya lalu kucium bibirnya mungilnya
dengan lembut.
“Saranghaeyo, nae yeoja…”
“Nado saranghaeyo, Oppa… jheongmal…”
entah ada angin apa, tiba-tiba aku tertawa kecil didepannya. Min Rin
mengernyitkan dahinya dan menatapku dengan tatapan yang seolah berkata
apa-kau-sudah-gila?
“Apa yang kau tertawakan?”
tanyanya.
“Kkk, wajahmu lucu sekali!”
kucubit pipinya sekali lagi, gemas.
“Kyaaaaaaaak! Oppa! Lepaskan! LEPAS
ATAU KAU AKAN KUTENDANG!!”
_______ END _______
Yihaaa…ending failed-____-
Terima jadi saja ya
teman-teman (?)
Tadi sempet ada typo di
hangul saengil chukkahamnida, tapi udah diganti kkk
Key Oppa, mianhae kadonya
ini telat satu hari >.<
Happy birthday uri
Eomma[?] Key SHINee kyakyakya #happy22thKEY
Tidak ada komentar:
Posting Komentar