Halaman

Minggu, 09 September 2012

FF || DEATH LOVE || ONESHOOT

FF || DEATH LOVE || ONESHOOT







Fanfiction       : DEATH LOVE
Author           : YOON
Cast                 :
  • Lee Jin Ki
  • Han Yoon Hee
  • Kim Hyo Ki
  • Kim Jong Hyun
  • and other :p
Genre              : Fantasi
Length             : 1Shoot
Disclaimer          : FF ini milik SAYA^^ 
NB                  : Lagi males ngedit, maaf covernya kalo super jelek XD



 “Sepuluh… sembilan… delapan…” Hyo Ki menghitung mundur sedangkan badannya menghadap ke sebuah pohon besar dengan wajah yang dia benamkan di antara kedua telapak tangan layaknya orang yang sedang berjaga saat bermain petak umpet.

“Tiga… dua… satu… Sudah, belum?” tak ada jawaban dari orang yang ditanya. Dan itu artinya…

“Aku mulai mencarimu ya…” Hyo Ki membalikkan badannya. Matanya mengawasi sekeliling. Sepi… hanya ada banyak pohon besar dan rindang di depannya. Dia mulai melangkahkan kakinya mengitari pohon-pohon terdekat di tepi tebing itu untuk mencari ‘mangsanya’ yang sedang sembunyi.

Mata Hyo Ki teliti memandangi setiap bagian tempat itu, siapa tau dia ada di salah satu balik pohon yang ada di depannya.

Beberapa saat mencari, Hyo Ki tak juga menemukan orang yang dicarinya. Gadis itu mulai kelelahan. Hyo Ki sudah mengitari di pohon-pohon terdekat. Lawan mainnya itu tak mungkin sembunyi terlalu jauh. Biasanya juga dia mudah ditemukan.

“Haish, kemana sih anak itu?” Hyo Ki mengusap peluh yang mengalir di dahinya. Dia mulai putus asa.

“Jin Ki-ya, aku menyerah..” Hyo Ki berteriak mengaku kalah pada lawan mainnya yang ternyata adalah Jin Ki. Lee Jin Ki

Mereka biasa bermain petak umpet disini. Mereka melakukannya tiap hari tapi mereka tak pernah bosan mengulangi di hari berikutnya. Biasanya tak ada yang menang maupun kalah. Karena masing-masing pasti bisa menemukan lawannya. Bagaimana tidak, mereka sudah bermain di tempat itu puluhan kali. Bisa dibilang mereka hapal betul tempat-tempat strategis untuk sembunyi.

“Jin Ki-ya, keluarlaaaah.. aku menyerah… Aku capek nih..” Hyo Ki duduk di tanah begitu saja menunggu Jin Ki keluar. Ia tak peduli gaun putihnya akan kotor terkena tanah yang ia pijak. Matanya masih teliti melihat sekeliling siapa tahu bisa menangkap sosok Jin Ki. Beberapa saat Hyo Ki menunggu tapi Jin Ki tak juga keluar.

“Jin Ki-yaaaaa!” Hyo Ki akhirnya berdiri. Dia terus memanggil-manggil nama Jin Ki dan meneruskan mencari.

“Apa dia sembunyi di balik tebing ya? Tapi ayah bilang kami masih belum boleh bermain di tebing.”

Hyo Ki melangkahkan kakinya menuju bibir tebing. Beberapa langkah lagi dia akan sampai di bibir tebing, tapi langkahnya terhenti saat melihat sesuatu di depannya.

Sebuah sepatu tergeletak tak jauh dari bibir tebing. Hanya satu sisi. Dan Hyo Ki mengenalinya.

“Jin Ki-ya…” Hyo Ki berlari mendekati sepatu itu dan mengambilnya dengan perasaaan campur aduk.

“Jin Ki-ya??” Hyo Ki mulai panik. Sepatu itu milik Jin Ki. Tapi kemana pemiliknya? Hyo Ki sudah hampir menangis. Dia menuju bibir tebing lalu mengintip ke bawah.

“Ya Tuhaan…ini curam sekali. Mungkinkah….”

“JIN KI!!!!” Hyo Ki sudah benar-benar panik. Pikiran buruk mulai menghantuinya. Dia terus berteriak memanggil nama Jin Ki. Hyo Ki terpaku di bibir tebing dan masih meneriakkan nama Jin Ki sekeras mungkin dengan berurai air mata. Matanya melihat sekeliling. Sekarang dia benar-benar sendiri. Dimana Jin Ki?

“JIN KI-YAAAA!!!” Hyo Ki merasakan badannya lemas. Dia menangis menatap jurang terjal di hadapannya. Sampai tiba-tiba sesuatu menepuk pundaknya dari belakang.

Hyo Ki menoleh kaget.

Jin Ki berdiri di belakangnya sambil meringis jahil.

“Jin Ki-ya!?” Hyo Ki langsung memeluk Jin Ki erat-erat, tangisannya semakin keras dan badannya gemetar.

“Kekekeke… Kena juga kau….” Jin Ki masih tersenyum-senyum dengan gaya jahilnya. Sedangkan Hyo Ki semakin erat memeluk Jin Ki dan tubuhnya semakin keras berguncang.

“Hah, kau cengeng sekali. Masa begitu saja menangis… takut ya ditinggal sendirian di hutan?” Masih dengan nada bercanda Jin Ki terus menggoda Hyo Ki yang masih terus menangis sambil memeluknya.

“Eh.. Hyo Ki-ya?” Jin Ki menghentikan tawanya. Heran kenapa Hyo Ki tak berhenti menangis padahal jelas-jelas dia hanya bercanda dan sekarang sudah berdiri di hadapannya.

“Hyo Ki-ya… sudah… berhentilah menangis… aku kan hanya becanda… maafkan aku…”
Hyo Ki masih terus menangis.

Jin Ki menyentuh tangan Hyo Ki yang melingkar di pinggangnya berniat melepaskannya dari tubuhnya tapi dia kaget.

“Tanganmu dingin sekali… Kau gemetar?”

Jin Ki yang tadinya berniat hanya menjahili Hyo Ki jadi panik melihat gadis itu yang tak berhenti menangis dan malah semakin erat memeluknya.

“Hyo Ki-ya… Maaf… Aku hanya bercanda….” Sekarang ganti Jin Ki yang panik menenangkan gadis itu.

“Tidak mau… Tidak mau…”

“Tidak mau apa? Maaf… Aku hanya bercanda… Maaf jika keterlaluan…”

“Tidak… mau… Jin Ki… pergi..”

Jin Ki tertegun mendengar jawaban Hyo Ki. Tangan Hyo Ki semakin erat memeluk pinggangnya.

“Mianhae… sungguh, aku hanya bercanda…” Jin Ki memegang bahu Hyo Ki dan menariknya menjauh dari badannya. Ditatapnya wajah Hyo Ki yang basah karena air mata. Dia jadi merasa bersalah.

”Aku… mau… bersama… Jin Ki… terus..” Kalimat Hyo Ki terputus-putus karena dia mengucapkannya sambil terisak.

“Iya iya… maafkan aku… jangan menangis lagi ya…”Jin Ki mengusap air mata di pipi Hyo Ki, badan Hyo Ki masih gemetar.

“Kita pulang saja ya….” Jin Ki menggenggam tangan Hyo Ki dan menggandengnya perlahan pulang ke rumah.

“Jangan menangis lagi ya… nanti aku bisa dikutuk jadi kodok oleh Jong Hyun kalau sampai ketahuan membuatmu menangis….” Jin Ki berkata sungguh-sungguh dengan tatapan penuh harap pada Hyo Ki.

Hyo Ki mengangkat wajahnya dan menatap Jin Ki yang berjalan di sampingnya. Dia mencoba menenangkan perasaannya. kemudian menghapus air matanya sendiri dan mengangguk pelan pada Jin Ki. Dia juga tak ingin terjadi apa-apa pada Jin Ki kalau sampai kakaknya marah.

“Tersenyumlah..” Jin Ki menatap Hyo Ki dengan muka memohon.

Perlahan Hyo Ki memberikan senyum manisnya pada Jin Ki. Mereka berjalan pulang dengan langkah pelan sambil menunggu mata Hyo Ki yang merah kembali seperti semula.


***


8 Tahun kemudian…
12 April 2010 pukul 16.00



“YOON HEE-YA!!!!!!!” 

Jin Ki berteriak saat melihat sebuah mobil melaju kencang dan hendak menabrak tubuh gadis berjaket merah itu.

BRAAAAAKKKK!!!!!!

Suara kaca pecah dan benturan benda keras memancing perhatian orang-orang sekitar. Semua orang segera berkerumun di sekitar mobil yang menabrak pohon palm itu. Beberapa orang membantu seorang gadis untuk berdiri. Lee Jin Ki berlari melihat keadaan Han Yoon Hee yang sudah bisa berdiri tegak tanpa ada kurang suatu apapun.

“Yoon, gwaenchana??” pemuda tampan bermata sabit itu bertanya dengan nada panik sambil melihat Yoon Hee dari ujung kepala sampai ujung kaki, meneliti kalau-kalau gadis itu terluka.

“Tidak apa-apa… aku.. hanya terkejut tadi sewaktu mendengar klakson…” Yoon Hee masih tampak ketakutan, wajahnya juga terlihat pucat, mungkin karena terlalu kaget.

Orang-orang berkerumun di sekitar mobil yang remuk bagian depannya itu. Tapi sepertinya pengemudinya tidak apa-apa. Hanya luka ringan. Beberapa orang membawanya ke rumah sakit. Yoon Hee juga tidak ditanya macam-macam oleh polisi karena memang mobil itu yang salah. Setelah diijinkan oleh polisi yang menangani kecelakaan itu Jin Ki segera membawa Yoon Hee pulang.

“Yoon, kau… sungguh tidak apa-apa? Apa kita perlu ke rumah sakit?”

“Gwaenchana.. aku hanya kaget. Aku juga… heran. Padahal tadi sewaktu aku menoleh, mobil itu sudah dekat sekali di belakangku. Sepertinya tak mungkin lagi untuk menghindar. Tapi… kenapa mobil itu malah menabrak pohon?” Yoon Hee mengerutkan keningnya seolah mengingat-ingat sesuatu.

“Sudah jangan dipikirin lagi. Yang penting kau selamat.” Jin Ki meyakinkan Yoon Hee.

“Tapi Jin Ki-ya… aku sudah sering sekali mengalami hal aneh seperti ini.” Yoon Hee masih tetap berusaha mengingat-ingat.

“Sudahlah, Yoon Hee-ya….”

“Aku serius…” Yoon Hee memotong kalimat Jin Ki. “Dulu juga saat aku hampir saja tertabrak sepeda motor, tiba-tiba sepeda motornya malah jatuh dibelakangku. Lalu saat aku hampir saja jatuh ke tebing di perkemahan… ada sulur pohon yang menjerat kakiku, padahal sepertinya waktu itu tak ada pohon di sekitar tebing itu. Dan juga…”

“Yoon, sudahlah….” Jin Ki buru-buru memotong kalimat Yoon Hee yang berceloteh panjang lebar.

“Tapi… semua kejadian itu aneh, tidak wajar. Dan entah kau menyadari atau tidak, setiap kali aku hampir celaka selalu ada kau di tempat itu, yang datang untuk menolongku…” Yoon Hee menatap Jin Ki lekat-lekat.

“Yoon, kau percaya keajaiban kan?”

Yoon Hee mengangguk pelan.

“Nah… mungkin semua kejadian itu adalah salah satunya.”

Yoon Hee tampak berpikir.

“Makanya, tidak usah dipikirkan lagi. Kajja, kita pulang.. Ini sudah terlalu sore…”

Jin Ki menggandeng tangan Yoon Hee dan mereka pun pulang ke rumah setelah menghabiskan sore itu untuk mengerjakan tugas di rumah Min Ho untuk acara camping besok.


***


13 April 2010 pukul 10.00
 @Bumi perkemahan


“Jin Ki, Yoon Hee, dan Taemin cari kayu bakar ya…. kita berkumpul disini satu jam lagi…” Min Ho, ketua pramuka, membagi tugas pada kelompok-kelompok yang sudah dibentuk.

Jin Ki, Yoon Hee, dan Taemin pun menuju tempat yang sudah ditunjukkan oleh Min Ho. Mereka berjalan berpencar di tengah hutan yang sepi itu sambil memunguti ranting-ranting yang sekiranya bisa mereka jadikan kayu bakar. Masing-masing memunguti ranting di tempat yang berbeda tapi tetap berdekatan.

Mereka berkonsentrasi melihat sekitar mengamati ranting mana yang bisa mereka ambil.

Tiba-tiba.…..

“AAAAAAAAAAARG!!!!!!!!”

BRAAAAAAKKK!!!!

Terdengar teriakan Jin Ki disusul suara benda jatuh di antara ranting-ranting. Yoon Hee dan Taemin sontak menengok ke sumber suara dan betapa kagetnya mereka melihat Jin Ki tergeletak setelah tubuhnya menghantam sebuah pohon besar.

“HYUNG!!!!”

“Jin Ki-ya!!!!” Yoon Hee dan Taemin segera berlari ke arah Jin Ki yang sedang berusaha bangun. Yoon Hee meraih bahu Jin Ki, begitu juga dengan Taemin.

“Jin Ki-ya, ada apa??” Yoon Hee bertanya dengan wajah khawatir.

“Hyung… kenapa???” Taemin tak kalah paniknya.

Jin Ki tidak menjawab, hanya dia mengarahkan pandangannya ke depan. Sorot matanya menunjuk sesuatu.

Yoon Hee dan Taemin ikut mengarahkan pandangan pada obyek yang ditunjuk Jin Ki dengan sorot matanya. Dan betapa kagetnya Yoon Hee serta Taemin saat menyadari apa yang mereka lihat.

Mata Taemin melotot menatap sesuatu itu, sementara Yoon Hee menatapnya dengan ketakutan. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Sementara Jin Ki memandang sinis pada sesuatu yang muncul secara tiba-tiba itu.

Beberapa meter di depan mereka tampak sosok dengan pakaian yang tidak biasa. Seorang pemuda yang tampak sedikit lebih tua dari mereka mengenakan baju serba putih abu-abu, aneh.
Yang membuat mereka ternganga adalah dari punggung anak lelaki itu tampak sepasang sayap sangat lebar yang sekarang semakin menciut dan akhirnya menghilang. Pemuda  itu berdiri tegap di hadapan mereka bertiga. Tatapannya sinis dan tajam.

Mereka terdiam dalam keheningan yang mencekam. Rasa takut sekaligus tak percaya campur aduk dalam perasaan mereka. Hanya Jin Ki yang tampak tak terlalu heran dan sekarang berusaha bangkit menatap sosok itu dengan tatapan tajam.

“Jong Hyun?” Jin Ki mengucapkan nama itu pelan namun seperti penuh amarah.

Sosok yang dipanggil dengan nama Jong Hyun itu tidak menjawab. Dia perlahan mengangkat telunjuknya dan mengacungkannya ke arah Jin Ki dan seketika itu juga tubuh Jin Ki tiba-tiba terlempar menghantam pohon besar di belakangnya. Darah segar mengalir dari bibir Jin Ki.

“Jin Ki-ya!!!!!”
“Hyung!!!!”  Yoon Hee dan Taemin tersadar dari lamunannya dan berteriak bersamaan lalu berlari menolong Jin Ki. Wajah mereka tampak pucat pasi melihat apa yang terjadi. Dalam mimpipun mereka tidak pernah membayangkan akan mengalami kejadian seperti ini.

“Jin Ki-ya, dia siapa? Kenapa dia bisa….”

Belum sempat Yoon Hee menyelesaikan kalimatnya dia merasakan kedua lengannya dicengkeram kuat. Begitu juga dengan Taemin. Akar sulur pepohonan mengikat tubuh Yoon Hee dan Taemin dengan sangat kuat.

 Yoon Hee dan Taemin tak bisa  melepaskan diri dari cengkeraman akar-akar itu. Mereka ditarik menjauh dari Jin Ki dan dibawa melayang di udara oleh akar-akar sialan itu.

“Aaaaaaaaaa!!! Turunkan aku!!!” teriak Yoon Hee, bukan hanya karena cengkraman akar itu yang menyakiti tubuhnya tapi juga karena saat ini kakinya tak berpijak di atas tanah. Ia, sangat takut ketinggian.

“Yoon!!!! Taemin!!!!” Jin Ki menatap mereka dengan pandangan khawatir. Ia melihat Taemin yang meringis kesakitan sementara Yoon Hee, gadis itu hampir menangis. Ia tahu betul, gadis itu sangat takut pada ketinggian melebihi apapun.

“YA!! Lepaskan mereka!!!!”  Jin Ki bersiap menghampiri Yoon Hee tapi pemuda bernama Jong Hyun itu kembali mengacungkan telunjuknya dan sekali lagi tubuh Jin Ki terlempar menghantam pohon. Darah semakin banyak menetes dari bibir Jin Ki.

“JINKI-YA!!!!!” Yoon Hee sudah menangis sekarang, melihat tubuh orang yang disayanginya disiksa seperti itu. Rasa takut membuat badannya lemas dan gemetar. Sementara Taemin terus meronta dari cengkeraman akar-akar pohon itu.

“Lepaskan, argh!!!!”
Para pengawal itu tidak menghiraukan rintihan Taemin dan Yoon Hee yang kesakitan. Akar-akar itu justru semakin kuat mencengkeram lengan mereka.

Jong Hyun sekali lagi melempar tubuh Jin Ki hingga pemuda itu kini tergeletak lemas di tanah. Dia kesulitan untuk bangkit. Punggungnya terasa remuk. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah segar.

Jong Hyun berjalan pelan mendekati Jin Ki.

“Ke… kenapa?” Jin Ki berbicara dengan nada kesakitan. Tatapan matanya sinis pada Jong Hyun.

Jong Hyun berdiri di samping tubuh Jin Ki yang masih tergeletak lemah di tanah.

“Apa kau sudah lupa?” Jong Hyun berbicara pelan. Dia mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Jin Ki. Telapak itu bersinar saat menempel di dada Jin Ki. Dan tiba-tiba Jin Ki merasakan dadanya begitu sakit. Seperti ada sesuatu yang menusuk jantungnya.

“AAAAAAARRRRG!!!!! Apa maksudmuuu?!!” Jin Ki bicara diselingi dengan rintihan karena dadanya yang terasa semakin sakit.

“Siapa Han Yoon Hee?” Nada suara Jong Hyun meninggi dan masih tetap mengarahkan telapak tangannya ke dada Jin Ki.

“Aaaaarg!!!! Dia…..dia kekasihku. Kenapa hah??! Hentikaaaan!!!! Aaaaaarg!!!!” Jin Ki merintih memegangi dadanya yang semakin sakit tanpa bisa bangkit sedikitpun. Sementara sinar dari telapak tangan Jong Hyun semakin terang. Semakin kuat.

“Jadi kau sudah benar-benar lupa? APA KAU LUPA, HAH???” Jong Hyun berteriak membentak Jin Ki dan bersamaan dengan itu Jong Hyun semakin mendekatkan telapak tangannya seolah menekan jantung Jin Ki.

“AAA—AAAAAAARRRG!!!!!!!”

“Jin Ki-yaaaa!!!!!” Yoon Hee benar-benar merasakan tubuhnya lemas tak berdaya. Dia tak bisa bergerak menyelamatkan Jin Ki, karena semakin ia meronta maka akar-akar itu juga akan semakin kuat mencengkeram tubuhnya. Dia hanya bisa melihat kekasihnya mengerang kesakitan.

“Jadi, kau lupa janjimu 7 tahun yang lalu hah??”



[FLASHBACK]


7 tahun yang lalu….
Istana Langit



“Ayah jangan!!!!”  Hyo Ki meronta dari cengkeraman pengawal istana yang memegang lengannya erat sekali.

“Hyo Ki… sudahlah Nak..” Permaisuri menenangkan putrinya yang meronta-ronta. Beliau iba melihat putrinya menangis mengiba-iba seperti itu.

“Ayah jangan ayah…”

“Hyo Ki-ya sudahlah!!!” Jong Hyun membentak Hyo Ki yang terus berteriak memohon daritadi.

Raja langit tak mempedulikan teriakan putrinya. Dia menatap Jin Ki tajam.

“Kau akan kami anggap sebagai anggota kerajaan kami jika kau telah menjalani masa ujianmu di bumi selama 7 tahun. Pengawal lemparkan dia!!!” Para pengawal yang menahan tubuh Jin Ki bersiap melemparkannya ke lubang hitam yang merupakan batas antara langit dan bumi.

“JANGAAAANN!!!!!” Hyo Ki meronta semakin kuat dan akhirnya berhasil melepaskan diri lalu berlari kepada ayahnya dan berlutut di kakinya.

“Ayah jangan ayah… Hyo Ki mohon jangan….” Hyo Ki memohon sambil terus menangis di kaki ayahnya.

“Jong Hyun-ah!” Ayah Hyo Ki memberi isyarat pada putranya itu untuk menjauhkan Hyo Ki. Jong Hyun pun segera mengerti dan menarik adiknya berdiri lalu menyeretnya menjauh dari ayahnya.

“Lepaskan!!!! Lepaskan aku!!!!” Hyo Ki meronta dari cengkeraman kakaknya. “Ibu!!!! Hyo Ki mohon Ibu… jangan!!!! Ibu!!!!” Hyo Ki menatap ibunya dengan tatapan mengiba. Jong Hyun semakin kuat menahan Hyo Ki yang terus berteriak sekuat tenaga.

“Hyo Ki ingin berbicara dengan Jin Ki sekali saja Ibu…..Ibu!!!!”

“Baginda…..” Mata permaisuri menatap Raja langit dengan tatapan yang mengisyaratkan permohonan. Raja langit tampak berpikir dan akhirnya mengijinkan Hyo Ki bicara dengan Jin Ki.

“Lepaskan dia!” dengan suara penuh wibawa Raja langit memerintahkan agar Jin Ki dilepaskan. Para pengawal itu melepaskan tangannya dari lengan Jin Ki. Hyo Ki segera berlari kearahnya dan langsung memeluk Jin Ki.

Sedari tadi Jin Ki memang tidak meronta minta dilepaskan karena dia tahu memang itulah yang harus dia hadapi. Sekeras apapun dia memohon tak akan bisa merubah keputusan Raja Langit. Semua ini sudah bagian dari hukum kerajaan.

Jin Ki ternyata adalah keturunan penyihir hitam yang merupakan musuh terbesar kerajaan langit. Dia dan keluarganya harus turun ke bumi dan hidup berpencar di tempat yang berbeda. Mereka akan diakui sebagai anggota kerajaan langit asalkan mereka mau menjalani hidup di bumi selama 7 tahun.

“Jin Ki-ya.. jangan pergi..” Hyo Ki terus memeluk Jin Ki sembari menangis tersedu-sedu.

“Lihat aku..” Jin Ki mengarahkan wajah Hyo Ki agar menatapnya.

“Aku hanya pergi 7 tahun dan aku akan kembali….” Jin Ki berusaha meyakinkan gadis di hadapannya.

“Tapi Jin Ki-ya..” Hyo Ki masih terus menangis.

“Kalau kau menyayangiku, kau harus percaya kalau aku pasti kembali untukmu. Aku pasti kembali untukmu.. aku akan baik-baik saja. Aku janji….” Jin Ki menatap mata Hyo Ki penuh harap. Sebenarnya hatinya juga sakit harus berpisah dengan orang yang sangat disayanginya.

“Tapi…” Hyo Ki tetap tak rela berpisah dengan Jin Ki.

“Hyo Ki-ya, aku janji..” Jin Ki menatap Hyo Ki dengan mata berkaca-kaca. Hatinya tetap tak bisa sok kuat menahan perasaan sakit.

“Pengawal!” Raja memberi isyarat pada pengawalnya untuk kembali menangkap Jin Ki.

“Jin Ki-ya!!” Tubuh Jin Ki tertarik menjauh dari pelukan Hyo Ki. Hyo Ki tetap bersikeras tak mau melepaskan Jin Ki. Jong Hyun pun segera bertindak. Dia menarik tubuh adiknya yang masih terus meronta menjauh dari Jin Ki.

“Turunkan mereka!” Raja langit mengeluarkan titah.

“Jin Ki-ya!” Teriakan Hyo Ki mengiringi jatuhnya tubuh Jin Ki ke lubang hitam. Hyo Ki jatuh terduduk menatapi tubuh orang yang disayanginya menghilang dari pandangannya.

7 tahun dilalui Hyo Ki dengan berat. Di awal Jin Ki meninggalkannya, hampir setiap hari dia menangis. Tapi makin lama dia tak lagi menangis. Hyo Ki berubah menjadi anak yang pemurung. Jong Hyun dan Permaisuri selalu berusaha memberikan semangat pada Hyo Ki. Tapi semua itu tak cukup untuk mengembalikan Hyo Ki seperti dulu lagi.

Tapi penantian Hyo Ki itu dibalas dengan sakit hati oleh Jin Ki.

Setelah 7 tahun waktu yang diberikan telah berakhir. Raja langit mengeluarkan sebuah cermin raksasa. Dari cermin itu mereka akan bisa melihat keberadaan Jin Ki dan keluarganya di bumi. Hyo Ki sangat menanti-nantikan hari itu. Hari dimana dia akan bisa melihat lagi orang yang selama ini ditunggunya.

Tapi saat bayangan Jin Ki perlahan mulai tampak jelas, betapa kagetnya Hyo Ki, begitu juga Jong Hyun dan semua orang yang menjadi saksi janji yang diucapkan Jin Ki dulu, saat melihat Jin Ki sedang mencium seorang gadis di sebuah taman di bumi.

Raja langit memutuskan untuk tidak menaikkan dulu Jin Ki ke langit karena hal itu. Sementara Jong Hyun akhirnya tak tahan lagi melihat adiknya setiap hari menangis menyadari kenyataan bahwa orang yang ditunggunya selama 7 tahun ternyata melupakannya dan bahkan sudah menemukan penggantinya.

Akirnya Jong Hyun pun memutuskan untuk turun sendiri ke bumi dan ingin memberi pelajaran pada Jin Ki yang sudah sangat menyiksa adiknya.


[FLASHBACK END]



“Jadi kau sudah lupa dengan janjimu pada adikku hah??”

“Aaaaaaaaaaarg!!!! Hentikan Jong Hyun-ah!!!!”

“Hentikan?? Baiklah….” Jong Hyun menarik tangannya. Jin Ki masih meringis merasakan perih di dadanya. Tapi tiba-tiba tangan Jong Hyun mengarah ke arah lain…..

“Aaaaaaaaaaaaaa!!!!” Terdengar teriakan Yoon Hee yang terkena sihir Jong Hyun.

“Yoon Hee-ya!!!” Jin Ki berusaha bangkit saat melihat Yoon Hee kesakitan karena ulah Jong Hyun.

“Jangan sakiti dia!!!”

Jong Hyun tersenyum sinis pada Jin Ki dan semakin menguatkan mantranya pada Yoon Hee. Sulur akar-akar itu meremas tubuhnya dengan kuat. Yoon Hee merasa dadanya semakin sesak dan pandangan matanya mulai mengabur.

“Yoon Hee-ya!!” Taemin berteriak memanggil namanya.

Kkrrrt.. Krrttt…

Akar-akar itu seakan hampir meremukkan tulang tubuhnya. Yoon Hee melemah. Ia menatap nanar pada Jin Ki yang juga sedang memandangnya dari bawah. Meskipun samar, ia bisa melihat pemuda itu meneteskan air mata melihatnya disiksa oleh makhluk aneh bernama Jong Hyun itu. Yoon Hee ingin berteriak namun sadar bahwa itu tidak ada gunanya. Maka ketika ia membuka mulut, hanya satu nama yang ia ucapkan,

“Jin Ki-ya…”

“Cukup Jong Hyun!” Sebuah suara membuat Jong Hyun menghentikan mantranya. Jong Hyun menoleh ke sumber suara.

Tampak Raja langit, permaisuri dan beberapa pengawal yang berjumlah hampir 20 orang muncul dengan pakaian serba aneh.

Taemin yang masih meronta-ronta terbelalak kaget melihat fenomena yang tak pernah dia bayangkan sebelumnya. Sementara Yoon Hee yang masih merasakan sakit di tubuhnya, semakin merasa badannya lemas menatap rombongan peri bersayap yang baru saja hadir di hadapannya.

“Ayah??” Jong Hyun menghentikan sihirnya. “Maaf ayah….”

Raja langit hanya mengangguk tanpa berkata apapun.

Tibatiba Hyo Ki muncul dari sela-sela rombongan pengawal. Matanya tertuju pada sosok yang sangat dirindukannya.

“Jin Ki-ya..”

Jin Ki yang melihat sosok Hyo Ki, terbelalak. Dia tak menyangka akan bertemu lagi dengan gadis itu setelah sekian lama. Dan perasaannya pada Hyo Ki…..

“Aaaaaaaaaaaarg!!!!!” Terdengar lagi teriakan Yoon Hee yang terkena sihir Jong Hyun.

“Yoon Hee-ya!!!”

Jin Ki yang merasa tubuhnya telah sedikit pulih berlari ke arah Yoon Hee tapi Jong Hyun mengacungkan telunjuknya sehingga tubuh Jin Ki tiba-tiba kembali terlempar ke belakang.

“Kenapa kau masih membelanya? Ada Hyo Ki... apa kau tidak ingat padanya, hah?” Jong Hyun menatap Jin Ki dengan sangat tajam.

Jin Ki menatap Hyo Ki tapi kemudian kembali melihat Jong Hyun.

“Aku tidak akan membiarkanmu menyakiti Yoon Hee. Dia orang yang kucintai dan aku tidak akan membiarkannya terluka.”

Jantung Hyo Ki terasa dihujam pedang saat mendengar kalimat Jin Ki langsung dihadapannya. Jin Ki bahkan tak mau mempedulikannya sedikitpun.

“Lalu bagaimana dengan Hyo Ki? Bertahun-tahun dia menunggumu! Bertahun-tahun dia memegang janji yang kau ucapkan dari mulut manismu itu! Tapi kenapa seperti ini balasanmu?!”

BRUUUKK!!!

Jong Hyun kembali melemparkan tubuh Jin Ki hingga menghantam pohon di belakangnya.

“Jin Ki-ya!!” Hyo Ki hendak berlari menolong Jin Ki tapi tangannya ditahan oleh sang ayah.

Jin Ki berusaha bangkit.

“Aku mencintai Yoon Hee, bukan yang lain!!!”

“Kurang Ajar!! BRENGSEK KAU!!!” Jong Hyun berlari ke arah Jin Ki dan menghantam tubuh pemuda itu dengan sihir sekuat tenaga. Tubuh Jin Ki terhantam kembali ke pohon. Darah segar mengalir dari kepalanya.

Hyo Ki yang melihat kejadian itu menggigit bibirnya. Tangannya saling mengenggam kuat.

“LAWAN AKU!” Jong Hyun sepertinya sudah kesetanan. Ia kembali bersiap meluncurkan sihirnya tapi Jin Ki reflek mengeluarkan kekuatannya yang memang masih tetap ada selama ia tinggal di bumi dan menghantam tubuh Jong Hyun hingga terjatuh.

Pertarungan pun tak terelakkan lagi. Yoon Hee hanya bisa menjerit melihat tubuh kekasihnya terlempar kesana kemari. Dia dan Taemin tak bisa berbuat apapun karena tubuh mereka masih terangkat di udara. Sedangkan Hyo Ki merasakan jantungnya berdetak kencang melihat orang yang disayanginya merintih kesakitan.

Pertarungan itu jelas tidak seimbang.

Jong Hyun tentu jauh lebih kuat dibanding Jin Ki. Dan sekarang Jin Ki sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Sekujur tubuhnya penuh luka dan darah. Matanya terpejam. Badannya sama sekali tak bergerak. Namun dadanya masih tampak naik turun menandakan dia masih bernapas.

Yoon Hee sudah menjerit-jerit memanggil nama Jin Ki. Tubuhnya meronta-ronta minta dilepaskan. Sedangkan Hyo Ki merasakan tubuhnya semakin lemas melihatnya.

Jong Hyun berjalan pelan, seakan mendramatisir keadaan. Ia mendekati tubuh Jin Ki yang sudah tak bergerak. Jong Hyun mengarahkan telapak tangannya ke arah dada Jin Ki dan bersiap meluncurkan sihir terakhirnya untuk mengakhiri hidup Jin Ki.

“Jangaaaaaan!!!” Hyo Ki meronta keras dari genggaman tangan ayahnya dan berlari ke arah Jin Ki.

“Jangan, Jong Hyun kumohon jangan….” Hyo Ki memohon pada Jong Hyun agar tidak meneruskannya.

“Jin Ki-ya bangun Jin Ki-ya...” Hyo Ki memangku kepala Jin Ki yang berlumuran darah. Air mata Hyo Ki sudah tak terbendung lagi melihat Jin Ki yang tak juga membuka mata.

“Minggir!!!” Jong Hyun hendak menarik bahu Hyo Ki tapi gadis itu menepisnya dengan kasar.

“Jangan!!!! Aku bilang jangaann!!!”

Hyo Ki kembali menatap wajah Jin Ki. Diusapnya pipi Jin Ki yang berlumuran darah. Jong Hyun hanya berdiri terpaku.

“Kenapa kau masih membelanya?” Jong Hyun berkata pelan dan menatap adiknya dengan tatapan iba. Dia tak tega melihat air mata adiknya terkuras hanya karena manusia tak tau diri seperti Jin Ki.

“Kau tidak mengerti perasaanku….” Hyo Ki berkata lirih masih tetap memandang wajah Jin Ki yang sudah tak berdaya. Jong Hyun bungkam mendengar penuturan adiknya.

Hyo Ki meletakkan kembali kepala Jin Ki ke tanah dan kemudian bergegas berjalan ke arah Taemin dan Yoon Hee.

“Lepaskan mereka!!!” Hyo Ki memerintahkan para pengawalnya untuk melepaskan Yoon Hee dan Taemin.

“Hyo Ki!” Raja Langit memberikan isyarat agar Hyo Ki kembali.

“Aku bilang lepaskan!!!” Pengawal-pengawal itu menatap Hyo Ki bimbang.

“Lepaskaaaaaaannnn!!!” Hyo Ki berteriak.

“Lepaskan mereka,” Raja Langit memberi isyarat agar pengawal melepaskan mereka. Sebagai seorang ayah ia pun tak tega melihat putrinya terus-menerus memohon dan mengiba. Akhirnya, para pengawal itu pun mematahkan sihir Tuan Mudanya—Jong Hyun—dan Yoon Hee serta Taemin pun dilepaskan.

“Bawa Jin Ki pergi!” Hyo Ki menatap Yoon Hee tajam. Sementara Yoon Hee masih menatap Hyo Ki dengan wajah ketakutan.

“Bawa dia pergi!!!” Hyo Ki mengulangi kata-katanya dengan air mata yang terus menetes.

Tanpa menunggu lagi Yoon Hee dan Taemin langsung berlari ke arah Jin Ki lalu memapahnya pergi dengan terburu-buru.

“Kenapa kau membiarkan dia pergi?” Jong Hyun menatap Hyo Ki tajam. Tanpa mempedulikan pertanyaan Jong Hyun, Hyo Ki langsung mengucapkan sihirnya dan menghilang kembali ke istana.


***


Jong Hyun tak pernah lagi menemui Jin Ki. Hyo Ki akan sangat marah padanya jika dia berani menyentuh Jin Ki lagi. Hyo Ki mengancam akan menceburkan diri ke telaga hitam jika ada yang berani menyakiti Jin Ki. Semua penghuni istana langit tahu tak ada satu peripun yang akan selamat jika tercebur kesana.

Semenjak kejadian itu Hyo Ki hanya termenung di kamarnya. Wajahnya murung. Matanya selalu sembab karena menangis. Wajahnya tampak sayu dan pucat.

Seluruh anggota kerajaan merasakan kesedihan Hyo Ki, tapi mereka menghargai keputusan Hyo Ki untuk membiarkan Jin Ki bebas.

Hyo Ki semakin menjadi sosok yang pemurung. Senyum tak pernah lagi tersungging dari bibinya. Dia bertekad untuk mengikhlaskan Jin Ki tapi akhirnya tetap tak bisa. Ia tak pernah bisa melupakan Jin Ki.

Kedua orang tua Jin Ki sudah diangkat ke langit dan menjadi anggota kerajaan langit, tapi tidak demikian dengan Jin Ki. Raja langit tidak menaikkannya ke langit karena sepertinya Jin Ki pun sudah merasa hidupnya lebih bahagia di bumi.


***


4 tahun kemudian.

Ruangan itu tampak sepi. Hanya ada seorang Ibu yang duduk di samping ranjang memandangi sosok yang sudah 5 hari terbaring lemah di kasur rumah sakit itu. Wajah ibu itu tampak kelelahan. Dia memandangi wajah anaknya yang pucat dengan perasaan sedih. Setiap hari dia berdoa agar anaknya bisa selamat dan segera bangun dari koma.

Sekarang sudah jam 8 malam. Suster baru saja selesai mengganti perban di kepala Jin Ki. Yoon Hee juga baru saja pulang setelah sejak pulang sekolah tadi menunggui Jin Ki di rumah sakit.

Jin Ki mengalami kecelakaan 5 hari yang lalu saat mengendarai motornya ke puncak. Benturan di kepalanya menyebabkan dia koma selama 5 hari dan belum sadar sampai sekarang. Setiap hari hanya ada ibu angkat Jin Ki dan Yoon Hee yang selalu setia menunggunya. Entah kapan Jin Ki akan sadar.

Tiba-tiba Ibu angkat Jin Ki merasakan dirinya begitu mengantuk. Ia berkali-kali menguap dan akhirnya tertidur bersandar di kursinya.

Waktu pun berhenti berdetak.

Sesosok makhluk bergaun serba putih dan bersayap lebar muncul dari  pojok ruangan. Sosok itu adalah Hyo Ki.

Hyo Ki berjalan perlahan ke tempat tidur Jin Ki. Dia berdiri di samping kiri tubuh Jin Ki yang terbaring tak berdaya. Dia menatap Jin Ki dengan perasaan sedih yang teramat sangat. Semua yang terjadi sudah membuatnya begitu sakit hati. Tentang masa lalunya, tentang gadis bernama Yoon Hee itu, dan tentang keadaan Jin Ki sekarang.

Malam ini Hyo Ki pergi diam-diam dari istana langit. Tak ada seorangpun yang tahu bahwa dia turun ke bumi untuk menemui Jin Ki. Dia sudah tak tahan lagi melihat Jin Ki menderita seperti ini. Dia juga tak sanggup lagi menahan perasaan cinta sekaligus sakit hatinya pada Jin Ki yang sudah tak lagi mempedulikannya.

4 tahun ini dia jalani dengan menahan perih yang terasa membakar hatinya. 4 tahun dia berusaha melupakan Jin Ki tapi 4 tahun pula dia terus terbayang wajah Jin Ki dan tak pernah bisa menghapusnya dari pikiran.

Hyo Ki menatap wajah Jin Ki yang pucat. Air matanya mengalir melihat orang yang dulu sangat menyayangi dan disayanginya sekarang dalam keadaan antara hidup dan mati.

Hyo Ki sudah mengambil keputusan. Walaupun mungkin keputusan yang diambilnya tidak akan pernah disetujui oleh kakak, ayah, ibu, maupun semua orang yang mengenalnya. Karena itulah Hyo Ki tak mengatakan keputusannya itu pada siapapun.

Malam ini dia akan melakukan apa yang sudah menjadi pilihannya. Tak akan ada yang bisa menahannya untuk tidak melaksanakannya. Semua itu demi Jin Ki dan juga demi dirinya.

Hyo Ki mengelus dahi Jin Ki yang dibalut perban. Dia genggam tangan Jin Ki yang lemah tanpa daya. Air matanya semakin deras mengalir di pipinya. Dia harus bisa, dan pasti bisa.

Hyo Ki menggenggam kalung yang melingkar di lehernya. Kalung yang tidak akan pernah bisa terlepas kecuali dia sudah mati. Itu adalah kalung kehidupannya. Cahaya dari kalung itu adalah simbol dari nyawanya.

Dan sekarang dia akan memberikan cahaya kalung itu kepada orang yang paling dicintainya selama hidupnya. Orang yang sudah mengisi hari-harinya saat mereka masih kecil, menanamkan perasaan cinta yang tertancap begitu dalam di hatinya, orang yang selama 7 tahun dinantikannya tanpa sedikitpun berkurang perasaan cintanya, dan orang yang ternyata sudah mengabaikan dan menyakiti hatinya setelah sekian lama ditunggunya dengan uraian air mata rindu dan penantian yang teramat panjang.  Dan 4 tahun dia menghabiskan hari-harinya dengan air mata karena Jin Ki tak lagi mempedulikannya.

Tapi hari ini dia akan memberikan cahaya kehidupannya pada Jin Ki.

“Aku ingin kau tak lagi mengingatku Jin Ki-ya… Mengingat kita.”

Hyo Ki mengarahkan telapak tangannya ke dahi Jin Ki dan sebuah cahaya terang dari telapak tangan Hyo Ki merenggut semua ingatan Jin Ki tentangnya… tentang istana langit… dan tentang semua yang berhubungan dengan dirinya. Dia ingin Jin Ki menjadi manusia seutuhnya. Cahaya itu padam dan itu berarti Jin Ki tidak akan ingat lagi segala sesuatu tentang Hyo Ki.

Hyo Ki menundukkan badannya agar dia bisa mendekatkan bandul kalungnya pada Jin Ki. Digenggamkannya bandul kalungnya yang berbentuk bulan sabit itu ke tangan kiri Jin Ki. Kemudian tangan kanan Hyo Ki juga menggenggam tangan Jin Ki yang di dalamnya terdapat bandul kalungnya itu.

“Apa yang kau lakukan, hah?!!”

Sebuah suara dari pojok ruangan mengagetkan Hyo Ki.

“Jong Hyun?”

Jong Hyun bergegas berjalan ke arah Hyo Ki tapi terlambat. Hyo Ki mengacungkan telunjuknya dan tiba-tiba muncul tirai transparan seperti kaca tipis yang melingkupi tubuh Hyo Ki dan Jin Ki sehingga menghalangi Jong Hyun.

“Maafkan aku Jong Hyun…”

Jong Hyun mencoba menembus tirai itu tapi tak bisa. Tirai transparan itu begitu kuat. Jong Hyun memukul-mukulkan tangannya dan menendang-nendang dengan segenap kekuatannya tapi tirai itu tetap tak bergeming. Dia keluarkan sihir-sihir yang dimilikinya tapi tetap tak bisa menembus tirai itu.

Hyo Ki menatap kakaknya sejenak lalu kembali menatap Jin Ki. Dia menggenggamkan lagi kalungnya ke tangan Jin Ki dan kemudian di genggamnya juga dengan tangan kanannya.

“Hyo Ki jangan!!!!!”

Hyo Ki tak mempedulikan panggilan kakaknya. Air matanya menetes jatuh ke wajah Jin Ki.

“Ku mohon… Hyo Ki.. jangan lakukan itu… Ku mohon… ingatlah ayah dan ibu… jangan lakukan hal bodoh!!!” Jong Hyun terus berteriak sambil terus memukul-mukul tirai itu dengan sekuat tenaga mencoba menembusnya.

“Hyo Ki!!!! Ku bilang jangan lakukan hal itu!!!!!”

Hyo Ki tak mempedulikan Jong Hyun yang benar-benar panik.

Hyo Ki menempelkan tangan kirinya ke dada Jin Ki. Dia memejamkan matanya, berkonsentrasi mencoba mencari dan merasakan detak jantung Jin Ki.

“Maaf Jong Hyun… Aku egois…..” Hyo Ki berkata lirih.

Akhirnya Jong Hyun berhenti memukuli tirai itu. tubuhnya berdiri kaku menatap adiknya di dalam sana mengorbankan hidupnya demi orang yang sudah menyakitinya.

“Hyo Ki...” Jong Hyun menyebut nama adiknya lirih. Dia sadar tak ada lagi yang bisa dilakukannya untuk mancegah Hyo Ki.

Hyo Ki sudah siap.

“Jin Ki-ya… aku sangat menyayangimu. Andaikan kau tahu aku menunggumu sekian lama berharap kita bisa seperti dulu lagi.” Hyo Ki bicara dengan air mata yang terus mengalir.

“Ku akui aku sangat membenci gadis itu… tapi kau sangat menyayanginya, bukan? Dan aku sangat menyayangimu. Aku ingin kau bahagia Jin Ki-ya.” Hyo Ki menatap wajah Jin Ki dengan sayu.

“Aku tak tahu harus bagaimana. Aku tak mungkin memaksamu untuk melupakan orang yang kau sayangi karena aku tahu itu tidak mudah. Begitu juga denganku yang berusaha melupakanmu tapi tetap tak pernah bisa. Tapi aku juga tak sanggup menahan sakit hatiku menatapmu bersamanya Jin Ki-ya... Aku tidak sekuat itu. Aku tidak sanggup Jin Ki-ya... tidak sanggup…”

“Jangan pernah sakiti dia. Jangan buat dia merasakan apa yang kurasakan. Andaikan kau tahu aku rela mengorbankan hidupku hanya demi dirimu.” Hyo Ki semakin erat menggengam tangan Jin Ki.

“Seumur hidupku tak ada seorangpun yang bisa menggantikanmu di hatiku. Andaikan kau mengerti aku sakit hati Jin Ki-ya… sakit sampai rasanya aku sudah mati… Aku akan selalu ada untukmu. Entah kau peduli ataupun tidak. Karena aku hanya untukmu. Hanya untukmu Jin Ki-ya… Semoga kau bahagia…”

Jong Hyun menatap adiknya tanpa bisa berbuat apapun.

“Hyo Ki… Semoga kau bahagia… Maaf tak bisa menjagamu dengan baik selama ini.“ Jong Hyun menyentuh kaca tipis itu dan menatap adiknya dengan sendu. Sebutir air mata mengalir dari pelupuk matanya. Jong Hyun menundukkan wajahnya. Dia pejamkan matanya.

Hyo Ki mendekatkan wajahnya pada Jin Ki. Hyo Ki mencium kening Jin Ki dan memejamkan matanya. Dia rasakan tangan kanannya yang menggenggam tangan Jin Ki terasa menghangat karena cahaya dari kalungnya. Dia rasakan tangan kirinya yang menempel di dada Jin Ki, merasakan detak jantung Jin Ki.

Kalung itu bersinar beberapa saat….. terang sekali…… namun semakin lama semakin meredup dan akhirnya padam. Dan seiring dengan padamnya cahaya itu, tubuh Hyo Ki pun terjatuh tergeletak ke lantai dan tirai yang melindungi mereka pun lenyap.

“Hyo Ki!!!” Jong Hyun berlari ke arah Hyo Ki yang sudah terkulai di lantai dan memeluk adiknya. Ia menangis memangku badan adiknya.

Jong Hyun tak sanggup mengatakan apapun. Kalung Hyo Ki menghitam, menandakan tak ada lagi kehidupan disana. Adiknya telah mati. Air mata Jong Hyun terus menetes menatap mata adiknya yang terpejam.

Jong Hyun mengangkat tubuh adiknya.

Sebelum beranjak pergi, Jong Hyun melihat ke arah Jin Ki.

“Semoga kau bahagia. Adikku mengorbankan dirinya untukmu. Mengertilah arti cinta sejati.”

Jong Hyun memejamkan matanya. Tubuh Hyo Ki terkulai di tangan Jong Hyun. Jong Hyun mengucapkan sihirnya dan sekejap kemudian mereka menghilang.

Waktu kembali berputar. Ibu angkat Jin Ki terbangun dari tidurnya dan tak lama kemudian….

Jin Ki tersadar dari komanya.


***


Semenjak itulah Jin Ki menjadi manusia seutuhnya. Dia tak lagi ingat tentang istana langit, tentang sihir dan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Hyo Ki. Dia menjalani hari-harinya bersama Yoon Hee sebagai manusia seutuhnya.

Sedangkan tubuh Hyo Ki tetap abadi terbaring di sebuah kotak kaca di salah satu ruangan di istana langit. Setiap hari Jong Hyun, ayah, Ibu dan orang-orang yang mengenal Hyo Ki berdoa untuknya.

Hyo Ki…
Jasadnya akan menjadi simbol cinta sejati dan pengorbanan. Cinta, kasih, penantian, kerinduan, sakit hati, dan pengorbanan. Setiap orang yang melihat jasad Hyo Ki akan merasakan hawa itu dalam hati mereka.

Cinta sejati tak pernah menyakiti orang yang dicintai walaupun itu menyakitkan bagi dirinya sendiri.
Semoga kau bahagia Jin Ki-ya...
Hatiku selalu untukmu…
Selamanya……

________END________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar