FanFiction Story: Listen to You (Part 7)
Genggaman telapak Hyurin pada cangkirnya mengendur perlahan. Lemas dan ia tertunduk semakin dalam.
“Kau belum mengantuk?” tanya Jung Soo setelah meneguk habis coklat hangatnya. Hyurin mengangkat kepala.
“Belum. Oppa sudah mengantuk?”
Jung Soo memijat pundak kirinya sekilas sambil menggerakkan kepalanya yang lelah. “Sepertinya begitu.”
“Kalau begitu, tidurlah. Oppa pasti lelah..”
“Arraseo (baiklah)... kau juga cepatlah tidur, ne? aku duluan, selamat malam Hyurin-ah..” ujar Jung Soo sambil berdiri lalu beranjak pergi.
Namun baru beberapa langkah, Hyurin memanggilnya kembali. “Oppa..”
Jung Soo menoleh. “Ne?”
“Err.. Maukah suatu saat oppa menceritakan kecelakaan itu padaku?”
Jung Soo yang sebenarnya sudah sangat mengantuk dan tidak terlalu mengerti kenapa Hyurin ingin mengetahui tentang kecelakaan itu, hanya mengganggukan kepalanya. “Tentu.” Sahutnya lalu kembali melangkah pergi ke kamar.
XXXXX
Hyurin mendesah ketika lagi-lagi Kyuhyun membalikan halaman buku yang belum selesai dicatatnya.
“Ya! Aku belum selesai mencatat yang itu.” Hyurin membalikkan lembar buku itu ke halaman sebelumnya.
“Lelet sekali.” Cetus Kyuhyun. Ia membalikkan lagi lembar itu ke halaman selanjutnya.
“Mwo? Aish!!” Hyurin menggigit bibirnya kesal, dan menahan tangannya sendiri untuk tidak melemparkan bolpoin yang ia genggam ke kepala namja menyebalkan itu.
Akibat tak mengikuti pelajaran selama Hyurin di rumah sakit kala itu, Guru Lee memberinya tugas susulan untuk melengkapi nilai dengan cara merangkum beberapa bab dari sebuah buku yang dipinjamkan Guru Lee pada Hyurin. Akan lebih mudah jika buku itu dipakai sendiri oleh Hyurin. Namun ternyata tugas itu harus dikerjakannya berdua dengan Kyuhyun (yang memang jarang mengikuti pelajaran). Dan tolong catat dua hal penting ini. Pertama, buku ini hanya ada satu! Kedua, Kyuhyun adalah namja yang sangat menyebalkan!
Hyurin menghela napas kesal, dan membalik buku itu ke halaman sebelumnya dan kembali mencatat. Kyuhyun melirik Hyurin tajam. Lalu gantian membaliknya ke halaman selanjutnya, tak peduli pada Hyurin yang ganti melirik tajam kearahnya.
Dan adegan balik-membalikan halaman itu pun terjadi. Hingga akhirnya…
Srreeekkk
Kyuhyun dan Hyurin sama-sama terbelalak kaget melihat lembar halaman buku milik Guru Lee yang kini terbagi menjadi dua alias sobek. Kyuhyun masih memegang bagian atas sedangkan Hyurin bagian bawah lembar itu. Keduanya mematung lalu saling memandang.
“Kyaaa!! Apa yang kau lakukan?! Kau baru saja merobek buku Guru Lee!” pekik Hyurin.
“Ya! Jangan menyalahkanku! Kau yang menariknya dariku hingga jadi begini!” balas Kyuhyun.
“Mwo?! Ya! Kau tak menungguku mencatat dan terus membalik lembar ini ke halaman selanjutnya.”
“Ani! Jangan menyalahkanku.”
“Lalu siapa? Kau mau menyalahkanku?!”
“Tentu saja, kau yang harus bertanggung jawab.”
“Mwo?? Enak saja! Shireo!! Kau yang ha–“
Srreeekkk
Karena Kyuhyun dan Hyurin saling debat dan menyalahkan sambil memegangi buku, akhirnya sebuah lembar lain pun sobek lagi.
“Hwaaa! Sobek lagi?! Ottokhae??!”
“Aish, kenapa kau merobeknya lagi, pabo!”
Hyurin melotot pada Kyuhyun yang baru saja mengatainya bodoh. “YA! Kau yang bodoh! Super menyebalkan dan bodoh! Dan kaulah yang merobeknya, bukan aku!!”
“Ck, kau benar-benar…”
Kata-kata balasan Kyuhyun tadi menggantung diujung lidahnya ketika pintu ruang dosen tiba-tiba saja terbuka. Guru Lee yang semula ingin bertanya apakah tugas kedua muridnya itu sudah selesai atau belum, terkejut melihat nasib bukunya yang terlihat mengenaskan diatas mejanya.
“YA! CHO KYUHYUN! PARK HYURIN! APA YANG SUDAH KALIAN LAKUKAN, HAH?”
Kyuhyun mengela napas kesal sementara Hyurin memandang Guru Lee dengan tatapan ngeri sambil menelan ludah. O-oww.
XXXXX
“Untunglah aku masih menyimpan buku ini.” Seorang wanita paruh baya –Lee Bae Han– keluar dari dalam kamarnya dengan membawa sebuah buku lalu menyodorkannya pada Hyurin.
Mata Hyurin berbinar cerah dan senyumnya terkembang dengan lebar. Ia meneliti sampul dan isi buku itu, sama persis dengan buku milik Guru Lee yang tadi tak sengaja disobeknya.
“Huaaa~ Bibi Han, gamshahamnida~ Buku ini benar-benar persis dengan buku milik guruku..”
“Syukurlah kalau begitu. Kau bisa mengambil buku itu Hyurin-ah, aku tak membutuhkannya..” tawar Bibi Han.
“Jinjja? Yaa~ Bibi, jeongmal saranghaeee~” Hyurin memeluk Bibi Han saking senangnya.
“Ne, gwenchana..” sahut Bibi. “Lalu… siapa namja yang kau bawa kemari itu?” Bibi Han memelankan volume suaranya ketika bertanya. Sekilas menunjuk kearah namja yang sepertinya sedang mengamati foto-foto di ruang keluarganya ini.
Hyurin mendengus sebelum menjawab. “Dia Cho Kyuhyun, Bibi. Namja itu yang merusak buku Guru Lee. Yah, walau sebenarnya aku juga ikut andil dalam robeknya buku itu.” Hyurin menjawab dengan malas.
“Lalu apakah kau memiliki hubungan khusus dengannya?”
“Mwo?” Hyurin mengerjap. “Aniya~ Bibi tau? Dia itu sangat membenciku.”
“Waeyo?”
“Molla (entahlah)..” Hyurin mengangkat bahunya. “Sekalipun dia benar-benar membenciku, aku juga tidak peduli.”
“Haish! Bukankah namja itu terlihat tampan sekali? Kulihat dari mobil yang membawa kalian kemari itu sepertinya dia adalah orang kaya kan? Apa kau benar-benar tidak tertarik padanya?”
“Tertarik padanya? Yaa~ itu tidak mungkin, Bibi. Sekalipun didunia ini hanya ada namja itu, aku akan memilih yeoja daripada menyukai orang menyebalkan seperti dia.” Jawab Hyurin.
“Ya~ hati-hati dengan ucapanmu Hyurin-ah. Jangan membenci orang secara berlebihan.” Ujar Bibi Han, bijak. “Kau pernah mendengar? Rasa benci dan cinta itu bedanya sangat tipis.”
Hyurin mengangkat kepalanya mantap.
“Aku bersedia berlari mengelilingi kompleks perumahan ini sambil berteriak ‘Cho Kyuhyun saranghae’ seperti orang gila, jika suatu saat nanti aku benar-benar menyukainya.” Hyurin membuat kesepakatan dengan dirinya sendiri.
“Dan Bibi bisa lihat, aku tidak akan pernah mungkin melakukan hal bodoh itu.”
Bibi Han hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
XXXXX
Kyuhyun sedang mengamati foto-foto diruang keluarga. Kebanyakan foto itu menampilkan obyek yang sama. Seorang pria dan wanita dengan seorang anak laki-laki.
“Eomma, aku pulang!” tiba-tiba seorang anak laki-laki kecil berseragam SD muncul dari ruang depan, melewati Kyuhyun begitu saja. Anak laki-laki yang kini menghambur ke pelukan Bibi Han itu adalah anak yang sama yang ada didalam foto.
“Donghae-ya~ apa kabar? Kau sehat kan?” Kyuhyun melihat tangan Hyurin mengelus puncak kepala anak laki-laki yang berada dipangkuan eommanya itu.
“Ne, aku baik-baik saja, Noona.. kenapa noona baru datang?” Donghae kecil itu bertanya polos, tanpa tau bahwa Hyurin sudah tidak tinggal di tempat kosnya.
“Noona sibuk sekali akhir-akhir ini.” Hyurin memasang raut sedih. “Tapi noona janji akan sering mengunjungimu disini. Dan Donghae juga harus berjanji sesuatu pada noona..”
“Berjanji apa noona?”
“Tidak boleh membuat orang lain khawatir, dan Donghae harus rajin makan sayur, mengerti?”
Donghae kecil itu terlihat seperti berpikir, dan aigoo.. ekspresi anak itu membuat Hyurin ingin mencubit pipinya saja. “Arraseo.. noona tau? aku selalu memakan kimchi yang eomma berikan padaku sampai habis di mangkuk.”
“Jinjja?” Hyurin menyipitkan matanya, pura-pura tak percaya.
“Jinjja! Noona harus percaya. Eomma aku tidak berbohong kan? Aku selalu memakan sayur yang eomma masakan untukku.” Donghae menatap eommanya, meminta pembelaan.
“Kali ini dia benar-benar menghabiskan kimchi yang kumasak Hyurin-ah..” ujar Bibi Han yang mendekap putra kecilnya itu.
“Hmmm, anak pintaar~” Hyurin mencubit halus hidung Donghae membuat anak kecil menggemaskan itu tertawa geli.
Kyuhyun yang entah masih dianggap atau tidak diruangan itu hanya bisa diam memandang tiga orang itu. Lebih tepatnya ia memandang Hyurin dan diam-diam menikmati suara tawa gadis itu. Benar-benar ada yang salah dengan otaknya sejak kejadian di atap senja kemarin. Kyuhyun berusaha menyangkal bahwa melihat senyum dan tawa gadis itu menyenangkan.
“noona, dia siapa?” pikiran Kyuhyun berhenti saat anak kecil bernama Donghae itu mengacungkan telunjuk kearahnya. Hyurin memandang kearahnya dengan malas. Lalu memandang Donghae dengan senyuman. Kyuhyun mendengus, cih apa-apaan itu!
“Dia teman noona.” Kyuhyun bisa mendengar nada tidak ikhlas saat Hyurin menyebutkan kata ‘teman’ tadi.
“Jadi, dia bukan pacar noona kan?” tanya Donghae polos dengan puppy-eyesnya yang menggemaskan.
“Ya~ kau harus memanggilnya Hyung, Donghae-ya..” tegur Bibi Han.
Hyurin melirik Kyuhyun dengan kikuk. “Tentu saja bukan, kami hanya teman biasa. Super biasa. Lagipula kenapa Donghae bertanya seperti itu?”
Donghae melepaskan pelukan eommanya lalu menghambur ke pelukan Hyurin dan duduk di pangkuan gadis itu. Donghae bergelayut manja pada Hyurin dan melirik Kyuhyun dengan pandangan yang seperti berkata ‘noona ini milikku! Jangan coba-coba merebutnya!’ Kyuhyun mendengus.
“Karena noona hanya boleh jadi pacarku, nanti jika sudah besar aku akan membawa mobil ke rumah noona dan mengajak noona ke taman untuk berkencan..” ujar Donghae polos, membuat Bibi Han dan Hyurin tertawa.
“Noona, bukankah aku lebih tampan dari hyung itu?” tanya Donghae sambil menarik-narik lengan Hyurin.
“Tentu saja.” Hyurin melirik Kyuhyun sekilas. “Bahkan Lee Donghae adalah yang tertampan didunia.”
“Aku tau. Aku memang yang paling tampan.” Ujar Donghae.
“Dan paling manis.” Tambah Hyurin. Kyuhyun memutar bola matanya, bosan.
XXXXX
Keheningan menguasai ruang tengah ini sejak Hyurin dan Bibi Han keluar sebentar untuk membeli beberapa bahan masakan untuk makan malam. Kyuhyun sebenarnya ingin segera pergi dan pulang ke rumah, namun Hyurin berkata akan menemani Bibi Han belanja sebagai tanda terima kasihnya karena Bibi itu sudah memberikan buku ini pada mereka.
“Ya hyung~” Kyuhyun menolehkan kepalanya ke samping. Ia mendesah malas, karena tugasnya sekarang adalah menjaga anak laki-laki yang menurut Hyurin manis dan menggemaskan ini.
“Mwo?”
“Aku bosan. Apa hyung tidak ingin bermain?”
Kyuhyun mengeryit bingung lalu meletakkan ponsel yang dipegangnya ke atas meja. “Kau mau bermain apa?”
“Molla, aku ingin bermain tapi aku merasa lelah..” ujar Donghae sambil melirik ponsel Kyuhyun. Kyuhyun terlihat berpikir. Mencari ide untuk permainan apa yang harus dilakukannya agar bocah itu tidak bosan. Dan karena terlalu seriusnya berpikir, Kyuhyun tak menyadari saat Donghae meraih ponselnya dari meja.
“Wooaa, ponsel ini bagus sekali~” Kyuhyun menoleh kearah Donghae dan terkejut saat mendapati ponselnya sedang digenggam bocah itu.
“Ya! Jangan bermain dengan benda itu. Kembalikan..” Kyuhyun mengulurkan tangannya tapi Donghae justru berdiri dan manjauh dari Kyuhyun.
“Hyung, apa ponsel ini ada gamenya?” Donghae menekan beberapa tombol yang sebenarnya ia tak tau apa fungsinya.
“Ya, bocah! Kau bisa merusaknya, kemarikan!” Kyuhyun mendekat tapi Donghae mundur menjauh. Bocah itu mulai berlari dan mereka pun akhirnya saling mengejar dan memutari meja ruang tengah itu.
DUUKK
Kyuhyun terkesiap saat melihat ponselnya jatuh membentur lantai kayu rumah ini. Ia segera menghampiri ponsel itu dan memungutnya. Baru saja ia hendak memarahi Donghae, tapi tidak jadi. Karena sekarang ia melihat bocah kecil itu memegangi dadanya dengan napas yang putus-putus. Kyuhyun segera menangkap tubuh kecil dan kurus itu saat tiba-tiba tumbang dan ambruk.
“Ya, bocah! Lee Donghae! Ada apa denganmu?” Kyuhyun merasa khawatir saat anak kecil itu menutup matanya dan tak merespon apapun yang dikatakan Kyuhyun. Kyuhyun baru menyadari, wajah Donghae sangat pucat saat ini.
XXXXX
Kyuhyun memandangi tubuh kecil yang kini tertidur tenang di ranjang rumah sakit ini. Donghae sudah sadar beberapa saat yang lalu dan kembali tertidur karena obat yang diminumnya tadi.
“Mianhae…” Kyuhyun tiba-tiba membungkukan badannya pada Bibi Han yang sedang duduk di samping ranjang putranya itu. Ia terus-terusan merasa bersalah, karena andai saja ia tak berlari-larian dengan Donghae, bocah itu pasti tidak akan seperti ini.
“Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu Kyuhyun-ssi.” Ujar Bibi Han menenangkan. Karena ia memang sama sekali tak menyalahkan pemuda itu atas kejadian ini.
Bibi Han ganti mengalihkan pandangannya kearah Hyurin yang berdiri di samping Kyuhyun.
“Ini sudah malam, akan lebih baik jika kalian pulang sekarang. Tenang saja, biar aku yang menjaga Donghae.” Tutur Bibi itu. Hyurin mengangguk mengerti.
“Aku akan datang lagi setelah kuliah besok, Bibi. Selamat malam.”
“Ne, gomawo Hyurin-ah. Kalian hati-hatilah di jalan.”
Kyuhyun membungkukan badannya lagi lalu menyusul Hyurin yang sudah membuka pintu kamar rawat.
“Donghae akan baik-baik saja.” Hyurin tiba-tiba bersuara. Kyuhyun hanya bisa menganggukan kepalanya.
“Kau tau apa cita-cita Donghae?” tanya Hyurin sambil terus melangkah. “Dia bilang ingin menjadi pemain sepak bola di timnas Korea.” Meskipun Kyuhyun tidak menyahut, tapi ia benar-benar mendengarkan.
“Saat aku masih tinggal disana, Donghae selalu membawa bolanya ke lapangan di hari minggu. Hanya bisa bermain satu jam dalam seminggu dengan bola itu. Hanya bisa memandangi teman-temannya yang bisa bermain sepuas mereka, tanpa takut sakit ataupun pingsan.” Hyurin mengingat kembali saat-saat bersama Donghaenya.
“Donghae terus berjuang dan bertahan, dan ingin sekali bermain di stadion seperti pemain bola lainnya. Dan impiannya itu sebenarnya sulit tercapai karena anak itu mempunyai kelainan jantung sejak lahir.”
Angin malam yang dingin menyambut mereka yang kini sudah berada di luar rumah sakit, menunggu Jung ahjussi yang sedang mengambil mobil di parkiran dalam.
“Apa kau tidak malu?”
Kyuhyun menoleh, bingung. “Mwo?”
Hyurin memandang lurus ke depan. “Apa kau tidak merasa malu pada Donghae? Anak itu masih berumur tujuh tahun, dan bisa terus tersenyum, bersemangat menjalani hidupnya yang sebenarnya tidak mudah untuk anak seusianya. Memiliki semangat hidup yang tinggi untuk meraih cita-citanya dengan jantung lemah yang dia punya.”
Kyuhyun merasa kata Hyurin telak mengenai hatinya.
“Apa kau tidak malu?” ulang Hyurin.
Kyuhyun mulai menyadari kebodohan yang ia buat selama ini. Berputus asa dan mencoba mengakhiri hidunya sendiri. menyia-nyiakan hidupnya yang hanya sekali. Sementara diluar sana ternyata ada seorang bocah yang mati-matian bertahan dengan segala kekurangannya. Untuk mencapai impiannya. Dan… Ya, Kyuhyun merasa malu sekarang.
“Hidup itu bukan tentang seberapa banyak kita berhasil mencapai tujuan…” Hyurin menolehkan kepalanya kearah kyuhyun yang terus menatapnya sejak tadi.
“Tapi, hidup adalah tentang bagaimana kita bisa bertahan dan kembali bangkit dari kegagalan.”
Kyuhyun meresapi kata-kata Hyurin dan menanamkannya dalam hati.
“Hidupmu masih lebih beruntung daripada Donghae. Kau punya jantung yang sehat kan? Jadi manfaatkanlah anugrah Tuhan itu dengan baik. Jangan sia-siakan hidupmu lagi.”
Kyuhyun termenung memandangi punggung Hyurin yang mulai berjalan ke depan menghampiri mobil yang dikendarai Jung ahjussi.
Gadis itu, entah dia sadar atau tidak, telah membuat semangat hidup Kyuhyun kembali.
Kyuhyun memegang dadanya. Sesuatu di dalam sana berdetak tidak wajar, tidak seperti biasa.
Perasaan apa ini ?
*
TBC–
Tidak ada komentar:
Posting Komentar